BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Makhluk hidup (organisme) yang berukuran
sangat kecil/renik (mikro) yang tidak terlihat oleh mata inilah yang dinamakan
mikroorganisme. Mikroorganisme sering disebut dengan mikroba (jasad renik),
yaitu organisme-organisme mikroskopik (organisme yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop) (Anonim, 2012).
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek.
Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian
tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sebagai contoh:
sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Satu tinja dapat
mengandung jutaan bakteri (Dwidjoseputro, 2005).
Di antara semua organisme yang terdapat
dalam suatu ekosistem tertentu, mikroorganisme inilaah yang terdapat paling
banyak dan memiliki kemampuan paling tinggi untuk menyebabkan terjadinya
perubahan (Anonim, 2012).
Mikroorganisme ini mempunyai peranan yang
penting dalam kehidupan di alam ini. Proses-proses alam yang terjadi, sebagian
besar akibat dari peranan mikroorganisme ini. Mikroorganisme memegang peranan
yang menentukan dalam menguraikan sampah yang berasal dari manusia dan industri
yang dibuang ke dalam air atau tanah. Mikroorganisme mampu melaksanakan daur
ulang terhadap banyak macam bahan. Udara yang bersih dan bebas debu mengandung
relative sedikit mikroorganisme (Dwijoseputro, 2005).
1.2
Tujuan
- Untuk
mengetahui gejala klinis secara umum keracunan mikroorganisme
- Untuk
mengetahui pembagian mikroorganisme
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme
hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop. Mikroorgnasime ada yang terusun atas satu sel (uniseluler) dan ada
yang tersusun atas beberapa sel (ultiseluler). Walaupun mikroorganisme
uniseluler hanya tersusun atas satu sel, namun mikroorgansime tersebut
menunjukan semua karakteristik organ hidup yaitu bermetaboliisme, bereproduksi,
berdiferensisasi, melakukan komunikasi, melakukan pergerakan dan berevolusi (Nurwantoro,
1997).
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, interaksinya dengan sesama
mikroorganisme ataupun dengan organsime lain dapat berlangsung dengan cara yang
aman dan menguntungkan maupun merugikan. Mikroorganisme cenderung diasosiasikan
dengan penyakit-penyakit infeksi ataupun pembusukan makanan, akan tetapi
mayoritas mikroorganisme justru memberikan kontribusi bagi kesinambunagn
ekosistem lingkungan hidup khususnya bagi kesejahteraan manusia (Dwijoseputro, 2005).
Mikroorganisme terdapat
di segala macam lingkungan sebagai bagian dari seluruh ekosistem alam. Sebagian
dari mikroorganisme itu adalah produsen, sebagian konsumen pertama, dan
sebagian lagi konsumen ke dua serta ketiga. Kita dapat menemukan mikroorganisme
di darah kutub, di daerah tropik, di dalam air, di dalam tanah, dalam debu di
udara. Ada mikroorganisme yng dapat hidup di satostfer bila terangkat oleh arus
udara. Ada mikroorganisme yang dapat hidup meskipun tidak ada oksigen, misalnya
pada dasar laut dan danau – danau yang sangat dalam. Bahkan ada yang hidup di
sumber air panas dengan temperatur yang sedemikian tinggi hingga akan mematikan
organisme yang lebih besar. Miroorganisme memegang peranan penting sebagai
penghubung jaring – jaring makanan dalam ekosistem darat, laut, danau, sungai
dan kolam. Mereka merupakan pengurai utama dari berbagai zat dan senyawa (Nurwantoro, 1997).
Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua
prokariota, protista dan alga renik. Fungi terutama yang berukuraarn kecil dan
tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak
yang tidak menyepakatinya (Anonim, 2012).
Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang
dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat
dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu
memperbanyak diri secara mitosis (Anonim, 2012).
2.2
Pembagian Mikroorganisme
Mikroorganisme
terbagi atas :
1. Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria)
adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke
dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran
besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri
dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok
lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel
bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang
menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks
(Anonim, 2012).
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada
umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat
berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri
bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel (Nurwantoro, 1997).
2. Fungi (termasuk khamir &
Actinomycetes)
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar
makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu
menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki
bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali
yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri.
Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran
keturunan
yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak
diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual
dengan cara dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot
tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk
spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora
yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang
membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah
Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh
menjadi tubuh buah. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani μυκες, "lendir", dan λογοσ,
"pengetahuan", "lambang") (Anonim, 2012).
3. Virus (termasuk bacteriophage)
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal
tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular
untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan
diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.Istilah virus
biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis
yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri
dan organisme lain yang tidak berinti sel) (Dwijoseputro, 2005).
Virus sering diperdebatkan statusnya
sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya
secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya
ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia
(misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya
virus flu burung), atau tanaman
(misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Gambar 2.3 Contoh Virus
4. Protozoa (termasuk Algae)
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa
protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani,
yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan
pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan
protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di
bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae
dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil,
tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Semua spesies Euglenophyta yang mampu
hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya
ke dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat
dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma.
Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara
algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar,
dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil,
dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak
berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk
badan buah (Dwijoseputro,
2005).
Protozoa hidup di air
atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat
di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat
parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit
dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang
kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau
pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang
tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari
zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di
air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula
protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di
dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena
mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena
mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan
lainnya. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem
air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoadibayangi oleh
membransel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan
lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa
memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi
lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan
menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus,
badan golgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa
bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya,. Ada pula
yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat
organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat
saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati
adapula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan
unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin
protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan
dalam perjalanan evolusinya (Volk, 1990).
2.3
Keracunan Mikroorganisme
2.3.1
Keracunan
Mikroorganisme Air
Air minum dapat diartikan sebagai air yang
bebas dari mikroba yang berbahaya dan ketidak murnian secara kimiawi. Air minum
harus bersih dan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak mengandung
bahan tersuspensi (Buckle et. Al., 1985) apabila air mengandung zat-zat
organic, maka dapat dipastikan air tersebut mengandung mikroba. Jenis dan
jumlah mikroba dalam air tergantung dari lingkungannya. Air yang tercemar oleh
kotoran hewan/manusia dimungkinkan juga tercemar oleh bakteri-bakteri pathogen
yang berasal dari saluran pencernaan, misalnya Salmonella, Vibrio, EPEC,
Shigella dan Clostridium Perfrigens (Volk, 1990).
2.3.2
Keracunan
Mikroorganisme pada makanan
Makanan termasuk
kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Disebut
keracunan makanan bila seseorang mengalami ganguan kesehatan setelah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan
oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita
melalui makanan dengan perantara orang yang mengolah makanan atau memang
berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik. Seperti
diketahui, bakteri sangat menyukai suasana lingkungan yang lembab dan bersuhu
ruangan. Pada kondisi ini, pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan pesat.
Bila suhu ini ditingkatkan atau diturunkan maka perkembangan biakan bakteri pun
akan berkurang atau terhenti.Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan
pengkonsumsian makan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan/atau
toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan
gangguan di dalam fungsi normal tubuh. Jenis keracunan makanan disebabkan oleh
biologikal (bakteria, fungi (kulat dan yis) dan virus), fizikal(benda atau
bahan asing seperti rambut, cebisan kaca, paku dan lain-lain),kimia(racun
serangga, racun rumpai, bahan pencuci kimia, aditif makanan seperti pengawet
yang berlebihan). Tanda-tanda umum keracunan makanan diantaranya kekejangan
otot, demam, kerap membuang air besar, tinja cair dan mungkin disertai darah,
nanah atau mukus, otot-otot lemah dan badan berasa seram sejuk, loya dan
muntah, memulas dan sakit perut, kadangkala demam dan dehidrasi, cirit birit, hilang
selera makan. Untuk mencegah terjadinya keracunan makanan, kita sebaiknya
melakukan pengelolaan sistem hiegen yang baik, pengolahan makanan yang baik,
hindari terjadi kontaminasi dari mana pun, simpan makanan dalam suhu yang tepat
(<5oC untuk makanan yang disimpan dalam kulkas dan > 60oC
untuk makanan yang panas), hindari makan makanan yang asam yang dikemas dalam
kemasan yang terbuat dari logam, hindari makan jamur yang liar, hindari
mengkonsumsi makanan setengah matang. Di Ternate pada wilayah kerja Puskesmas
Kalumata terjadi 3 kasus keracunan makanan dari tahun 2007-2010, sebanyak ± 23
orang (Soemarno, 2005)
Keracunan makanan merupakan penyakit yang
diakibatkan pengkonsumsian makan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri,
dan/atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat
menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh. Keracunan makanan adalah
penyakit yang berlaku akibat memakan makanan yang tercemar. Makanan dikatakan
tercemar jika ia mengandungi sesuatu benda atau bahan yang tidak seharusnya
berada di dalamnya (Anonim, 2012)
2.3.3
Jenis
Pencemaran Makanan
Beberapa
jenis pencemaran makanan :
1.
Keracunan
makanan kaleng
Saat ini, berbagai jenis bahan makanan
kaleng semakin banyak kita jumpai. Baik sayuran, daging, sarden dan sebagainya.
Proses pengalengan yang kurang sempurna dapat merangsang timbulnya bakteri
Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat tanpa udara, dan
akan mengeluarkan racun yang bisa merusak saraf juka sampai tertelan. Gejala
keracunan bakteri ini disebut botulisme (Anonim, 2012).
Gejala botulisme biasanya akan timbul
mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung racun tersebut.
Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian
diikuti adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa
penglihatan ganda (diplopia), Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan
kelopak mata, kehilangan daya akomodasi lensa mata, dan refleks pupil mata
terhadap cahaya berkurang atau hilang sama sekali.
Gejala berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya otot-otot tubuh, tangan dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi.
Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit. Umumnya, proses penyembuhan berjalan lambat. Sisa kelemahan otot-otot mata bisa berlangsung beberapa bulan (Volk, 1990)
Gejala berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya otot-otot tubuh, tangan dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi.
Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit. Umumnya, proses penyembuhan berjalan lambat. Sisa kelemahan otot-otot mata bisa berlangsung beberapa bulan (Volk, 1990)
Agar tidak keracunan makanan kaleng, kita
sebagai konsumen harus teliti dalam memilih makanan kaleng. Sebaiknya pilihlah
makanan yang sudah mendapat registrasi dari Departemen Kesehatan RI. Juga,
masak atau panasi dahulu makanan dalam kaleng sebelum dikonsumsi. Jangan
dimakan bila terdapat bahan makanan yang rusak atau membusuk (Volk, 1990).
2.
Tercemar
zat kimia
Sayuran dan buah-buahan biasanya telah
dicemari oleh zat kimia, baik sebagai pengawet maupun racun pembasmi hama (yang
sering digunakan petani sebelum dipanen. Zat-zat kimia ini bisa berupa arsen,
timah hitam, atau zat-zat yang bisa menyebabkan keracunan. Selain itu, makanan
seperti acar, jus buah, atau asinan yang disimpan di dalam tempat yang dilapisi
timah (bahan pecah belah yang diglasir), cadmium, tembaga, seng atau antimon
(panci yang dilapisi email) juga dapat menimbulkan keracunan dengan berbagai
gejala, tergantung pada logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat
kelebihan bahan pengawet juga bisa terjadi, misalnya sodium nitrit (Anonim,
2012).
Cadmium yang digunakan untuk melapisi
barang-barang dari logam dapat larut dalam makanan yang bersifat asam, sehingga
jika ikut termakan dalam jumlah banyak makanan tersebut bisa menimbulkan
keracunan. Gejalanya antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala, otot-otot
nyeri, ludah berlebihan, nyeri perut, bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati
dan ginjal (Anonim, 2012).
Nitrit sering digunakan sebagai bahan
pengawet untuk menjaga atau mempertahankan warna daging. Jika dikonsumsi
berlebihan, makanan yang mengandung zat kimia ini mengakibatkan keracunan
dengan gejala pusing, sakit kepala, kulit memerah, muntah, pingsan, tekanan
darah menurun dengan hebat, kejang, koma dan sulit bernapas.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak teracuni zat kimia, yaitu dengan mancuci bersih buah-buahan, sayuran dan daging sebelum diolah. Selain itu, jangan manyimpan bahan makanan yang bersifat asam (sari buah, acar, asinan) di dalam panci yang terbuat dari logam (Anonim, 2012).
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak teracuni zat kimia, yaitu dengan mancuci bersih buah-buahan, sayuran dan daging sebelum diolah. Selain itu, jangan manyimpan bahan makanan yang bersifat asam (sari buah, acar, asinan) di dalam panci yang terbuat dari logam (Anonim, 2012).
3.
Racun
alam pun bisa bahaya
Ada beberapa jenis bahan makanan, baik
dari hewan maupun tumbuhan sudah mengandung zat beracun secara alamiah. Salah
satu tumbuhan yang sering menyebabkan keracunan adalah jamur. Ada dua macam
jamur dari jenis amanita yang sering menyebabkan keracunan. Jamur Amanita
muscaria mengandung racun muscarine yang jika termakan akan menimbulkan
gejala-gejala tertentu dua jam setelah tertelan, yaitu keluar air mata dan
ludah secara berlebihan, berkeringat, pupil mata menyempit, muntah, kejang
perut, diare, rasa bingung, dan kejang-kejang yang bisa menyebabkan kematian.
Jamur Amanita phalloides mengandung racun phalloidine yang akan menimbulkan
gejala keracunan 6-24 jam setelah tertelan, dengan gejala mirip keracunan
muscarine. Selain itu penderita tidak bisa kencing dan akan mengalami kerusakan
hati (Nurwantoro, 1997).
Dari jenis hewan, beberapa ikan laut juga
dapat menyebabkan keracunan. Beberapa jenis ikan laut di daerah tropis akan
beracun pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Sedangkan jenis lainnya
akan beracun sepanjang tahun. Beberapa contoh ikan beracun antara lain ikan
gelembung, ikan balon, belut laut, ikan landak, ikan betet, mackerel, dan
lain-lain. Gejala keracunan ikan dapat dirasakan setengah sampai empat jam
sesudah dimakan, yaitu gatal di sekitar mulut, kesemutan pada kaki dan lengan,
mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri persendian, demam, menggigil, sakit
pada saat kencing, dan otot tubuh terasa lemah.
Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya jangan mengonsumsi jenis ikan yang beracun. Selain itu, bekukanlah ikan laut (simpan dalam lemari pendingin) segera setelah ditangkap (Nurwantoro, 1997).
Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya jangan mengonsumsi jenis ikan yang beracun. Selain itu, bekukanlah ikan laut (simpan dalam lemari pendingin) segera setelah ditangkap (Nurwantoro, 1997).
Produk laut lain yang sering menimbulkan
keracunan adalah jenis kerang-kerangan. Remis, kerang, tiram, dan jenis
kerang-kerangan lain yang hidup di daerah laut tertentu sering mengandung
racun, terutama pada musim panas. Gejala keracunan timbul lima sampai 30 menit
setelah makanan tertelan, berupa rasa kebal di sekitar mulut, mual, muntah,
kejang perut yang diikuti kelemahan otot dan kelumpuhan saraf tepi. Kegagalan
pernapasan juga bisa terjadi hingga berujung pada kematian. Agar tidak
keracunan kerang, tahanlah untuk memakannya pada musim panas (Nurwantoro,
1997).
2.3.4
Mikroorganisme
Penyebab Keracunan Makanan
A.
Clostridium
botulinum
Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun yang mencegah transmisi
impuls saraf ke otot . Mual, muntah dan kram perut adalah gejala umum yang
ditimbulkannya. Efek dimulai pada syaraf di kepala sehingga menyebabkan penglihatan
kabur/ganda dan kesulitan menelan, kemudian menyebar ke punggung sehingga
menyebabkan kelumpuhan otot lengan, otot pernapasan, dan mungkin juga otot
kaki. Gejala ini biasanya muncul 4-36 jam setelah menelan toksin, tetapi bisa
memakan waktu hingga delapan hari (Nurwantoro, 1997).
Makanan kaleng adalah sumber utama
botulisme (keracunan botulinum).
Selain itu, botulisme juga dapat bersumber dari makanan bayi, yang dapat
berakibat fatal bagi kelompok usia ini. Cara terbaik untuk mencegah botulisme adalah
mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di rumah.
Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau busuk, meskipun tidak selalu
demikian. Botulisme adalah
kedaruratan medis yang harus segera mendapatkan perawatan. Dengan tersedianya
antitoksin, 90% lebih pasien botulisme dapat diselamatkan (Nurwantoro, 1997).
B. Salmonella gastro
Salmonellosis
mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid.
Bentuk umum salmonellosis adalah
gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri salmonella gastro. Bakteri ini
dapat menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke orang. Makanan yang
biasanya mengandung salmonella adalah
daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella
sering ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui
makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci
dengan bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini (Anonim, 2012)
Gejala
gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram perut dan
diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja. Gejala awal
biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi.
Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua sampai lima
hari. Namun, salmonellosis bisa
berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang
sangat jarang, salmonella bisa
menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi
tulang dan masalah perut jangka panjang (Bonang, 1982).
Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk
mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu
banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus.
Antibiotik dan obat anti-diare mungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang
parah (Anonim, 2012).
C. Escherichia coli
Kebanyakan strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri bermanfaat yang hidup
dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa
strain E. coli dapat menyebabkan efek
keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti adalah E. coli 0157 yang menghasilkan racun
yang disebut toksin Shiga. Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga
menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli
0157 juga memecah sel darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah
trombosit. Pada 10% kasus, keracunan E.
coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan ginjal dan organ penting
lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada anak-anak dan lansia (Nurwantoro,
1997).
E. coli memiliki masa inkubasi antara 1-3
hari. Waktu tersebut dibutuhkan bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus
besar dan berkembang biak di sana ke tingkat yang menyebabkan masalah. Karena
bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan
diare. E. coli jarang menyebabkan
muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut dan diare hebat sehingga ada
bintik-bintik darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan
lainnya, E. coli 0157 sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih
sebelum diare mered (Nurwantoro, 1997).
Keracunan E. coli timbul karena mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi
cincang. Jika daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan
berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri
hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli. Bakteri ini juga dapat menyebar
melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan (Nurwantoro, 1997).
E. coli tidak
terpengaruh oleh obat antibiotik. Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti cairan yang
hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin perlu
perawatan dialisis. Salah satu wabah terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di Skotlandia pada tahun 1996 yang
disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh sakit, dua
puluh di antaranya meninggal dunia (Nurwantoro, 1997).
2.3.5
PENYEBAB
KERACUNAN MAKANAN
Menurut Center of Disease Control (CDC),
sebagian besar keracunan makan akibat kesalahan dalam mengolah makanan, seperti
:
-
Membiarkan makanan yang telah siap saji
pada suhu yang baik bagi bakteri untuk tumbuh.
-
Kesalahan memasak atau menghangatkan
kembali makanan.
-
Kontaminasi silang
-
Kontaminasi oleh tangan pengolah makanan
(koki)
2.3.6
Klinis
keracunan Mikroorganisme
Tanda-tanda
umum
- Kekejangan
otot.
- Demam.
- Kerap
membuang air besar. Tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah atau mukus.
- Otot-otot
lemah dan badan berasa seram sejuk.
- Loya
dan muntah
- Memulas
dan sakit perut
- Kadangkala
demam dan dehidrasi
- Cirit
birit
- Hilang
selera makan.
(Anonim, 2012).
Biasanya tanda-tanda dan gejala mulai
timbul beberapa jam selepas memakan makanan yang tercemar atau beberapa hari
kemudiannya. Waktu timbulnya gejala setelah seseorang mengkonsumsi makanan
beracun sangat bervariasi tergantung jenis mikroorganisme yang menginfeksi.
Namun rata rata mereka akan mengeluhkan gangguan kesehatan setelah 30 menit
sampai 2 minggu setelah menyantap makanan beracun. Keluhan yang dirasakan
antara lain nyeri perut, mules, diare, muntah dan demam. Keluhan ini dirasakan
dari tingkat ringan sampai berat (Nurwantoro, 1997).
Keracunan oleh bakteria Campylobacterosis disebabkan oleh
bakteria campylobacter jenis ini yang terdapat dalam ayam mentah, daging dan
susu tidak Pasteur (Nurwantoro, 1997).
Tanda-tanda keracunan bermula 2-5 hari
selepas makan. Selain dari tanda-tanda umum, pesakit akan mengalami demam dan
najis mengandungi darah (Anonim, 2012)
Cirit-birit yang dialami oleh pengembara
disebabkan oleh bakteria Escherichia coli
atau E. coli yang boleh menghasilkan
toksin.
Penyakit ini berlaku kerana penyediaan makanan dan air tidak bersih. Tanda-tanda umum dirasai di antara 1-18 jam selepas makan. Bagaimanapun, keracunan jenis ini tidak melebihi 24 jam (Nurwantoro, 1997).
Penyakit ini berlaku kerana penyediaan makanan dan air tidak bersih. Tanda-tanda umum dirasai di antara 1-18 jam selepas makan. Bagaimanapun, keracunan jenis ini tidak melebihi 24 jam (Nurwantoro, 1997).
Cholera disebabkan oleh bakteria vibro cholera yang terdapat dalam ikan,
kerang, kupang dan jenis-jenis siput yang ditangkap di kawasan air yang
tercemar. Tanda-tanda bermula antara 1-3 hari selepas makan dan boleh bermula
dengan cirit-birit ringan dan seterusnya maut akibat badan kehilangan air hasil
daripada cirit-birit yang teruk (Nurwantoro, 1997).
Gastroenteritis
disebabkan oleh Yersinia enterocolitica, sejenis bakteria yang terdapat dalam
daging, air, sayuran mentah dan susu tidak pasteur. Tanda-tanda bermula 2-5
hari selepas makan. Selain daripada tanda umum, demam dan kelesuan mungkin
berlaku sama seperti demam selsema. Jika tidak dirawat pesakit boleh menjadi
lebih teruk lagi (Nurwantoro, 1997).
Listeriosis kerana bakteria Listeria monocytogenes. Walaupun jarang
berlaku ia boleh menyebabkan maut. Tanda penyakit termasuklah kesejukan,
keracunan darah dan kelahiran tidak cukup bulan bagi wanita mengandung. Dalam
kes yang parah, penyakit ini boleh menyebabkan kerosakan otak dan saraf tunjang
(Nurwantoro, 1997).
Shigeliosis
atau Disenteri disebabkan oleh bakteria Shigella
sp., tanda- tanda bermula dalam masa 1-7 jam selepas makan. Selain dari pada
tanda tanda umum, darah, nanah atau lendir boleh terdapat dalam najis
(Nurwantoro, 1997).
Salmonelosis.
Keracunannya disebabkan oleh bakteria Salmonella
yang didapati dalam ayam. Tanda-tanda umum dirasakan selepas 24-48 jam
(Nurwantoro, 1997).
Staphylococcus
aureus sejenis bakteria yang sukar dihapuskan walaupun pada suhu tinggi.
Keracunan jenis ini sering berlaku.
Tandanya dirasai dalam jangka masa 1-8 jam selepas makan, serta berlarutan sehingga 24-48 jam. Tanda-tandanya agak umum (Nurwantoro, 1997).
Tandanya dirasai dalam jangka masa 1-8 jam selepas makan, serta berlarutan sehingga 24-48 jam. Tanda-tandanya agak umum (Nurwantoro, 1997).
2.3.7
Keracunan virus
A. Hepatitis
Hepatitis
A disebabkan oleh virus yang terdapat dalam kerang dan siput- siput yang
ditangkap di dalam air yang dicemari oleh air kumbahan dan sayuran mentah yang
tidak dibersihkan dengan sempurna (Anonim, 2012).
Tanda-tanda bermula dari 2-6 minggu
selepas makan dan pesakit akan mengalami demam,lemah badan, tidak berselera dan
jaundis. Bagi kes yang parah, kerosakan hati boleh berlaku dan membawa maut
(Anonim, 2012).
B. Norwalk
Norwalk
virus disebabkan oleh virus Norwalk yang didapati dalam kerang dan siput-siput
yang ditangkap di kawasan yang dicemari kotoran manusia.
Keracunan berpunca akibat memakan siput-siput mentah dan dimasak tidak sempurna (Anonim, 2012).
Keracunan berpunca akibat memakan siput-siput mentah dan dimasak tidak sempurna (Anonim, 2012).
2.3.8
Keracunan
protozoa
A. Giardiasis
Giardiasis disebabkan oleh protozoa
Giardia lamblia terdapat dalam saluran usus dan najis manusia. Air kumbahan
yang digunakan sebagai baja pada sayur dan penyedia makanan tidak membersihkan
tangan adalah punca berlaku keracunan ini (Anonim, 2012).
B.
Amebiasis
Amebiasis dikenali juga sebagai disenteri amebik dan
disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Puncanya
adalah sama seperti keracunan protozoa Giardia lamblia (Anonim, 2012)
Tanda-tanda keracunan ialah kawasan badan di sekitar
hati dan usus besar menjadi lembut, cirit-birit, rasa berdebar, kehilangan
berat dan lemah badan. Keracunan makanan juga boleh disebabkan oleh cendawan
beracun atau buah dan sayuran yang dicemari dengan racun serangga yang tinggi
kepekatannya (Nurwantoro, 1997).
2.4 Cara Mengobati Keracunan
Beberapa catatan tentang pertolongan
pertama pada keracunan berdasarkan :
1.
Kenali gejala-gejala keracunan seperti
kepala pusing, perut mual, badan menjadi dingin dan lemas. Biasanya gejala ini
muncul beberapa saat setelah kita makan atau minum sesuatu.
2.
Segera minum susu kental atau minum air
putih sebanyak-banyaknya. Air kelapa muda telah terbukti memiliki khasiat
sebagai penawar dan pengurai zat racun.
3.
Jika ingin muntah segera muntahkan keluar,
namun jika tidak beristirahat lah saja sampai kondisi membaik.
4. Jika
ternyata kondisi masih tidak berubah dalam beberapa jam dan menunjukkan
gejala-gejala yang lebih parah semisal kejang-kejang, sebaiknya segera
ditangani oleh ahli medis. Jangan lupa membawa serta contoh makanan beracun
ataupun mengingat makanan yang telah dimakan untuk mempermudah diagnosa dokter.
5. Pemberian
Antibiotik
6. Parasetamol
(untuk penurun demam)
7. Simvastatin
(untuk menghilangkan kejang perut)
8. Donperidon
(untuk menghilangkan rasa mual)
9. Loperamid
(untuk diare)
10. Oralit
(untuk penambah cairan tubuh)
11. Air
kelapa (menetralisir racun)
12. Minum
susu (Menetralisir racun)
(Anonim, 2012)
2.5 Pertolongan Pertama Pada Keracunan
Makanan
1. Untuk
mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi
susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
2. Agar
perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali
berturut-turut dalam setiap jamnya.
3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang di
campur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.
4. Jika
penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara
memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari
kepala untuk memudahkan kontraksi.
5. Apabila
penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter
terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
(Nurwantoro, 1997).
2.6 Cara Pencegahan Keracunan Makanan
1. Biasakan
mencuci tangan sebelum melakukan aktifitas yang berhubungan dengan makanan. Baik
itu sebelum mengolah makanan atau menyantap makanan. Cucilah tangan menggunakan
sabun agar kuman bakteri yang ada pada tangan segera mati.
2. Pisahkan
antara makanan yang belum diolah dengan makanan yang telah siap disajikan.
Jangan menghidangkan makanan pada tempat yang kotor atau bekas dipakai tempat
makanan mentah.
3. Masaklah
makanan sampai benar benar matang. Jangan mengkonsumsi makanan mentah atau
makanan setengah matang.
4. Bekukan
makanan yang akan disimpan dalam waktu yang lama.
5. Pengelolaan
sistem hiegen yang baik
6. Pengolahan
makanan yang baik
7. Hindari
terjadi kontaminasi dari mana pun
8.
Simpan makanan dalam suhu yang tepat
< 50 C untuk makanan yang disimpan dalam kulkas dan > 600C
untuk makanan yang panas).
9.
Hindari makan makanan yang asam yang
dikemas dalam kemasan yang terbuat dari logam.
10.
Hindari makan jamur yang liar.
11.
Hindari mengkonsumsi makanan setengah
matang.
(Anonim,
2012)
2.7 Pemeriksaan Lab
- Menentukan
secepat mungkin penyebab keracunan dengan pemeriksaan klinis,laboratorium
toxikologis, kecepatan mendapatkan contoh darah, urine maupun muntah penderita.
- Mengeluarkan
racun dari lambung, dengan cara membuat penderita muntah atau tindakan bilas
lambung.
- Pemberian
Antidotum yang sesuai
(Anonim, 2012).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
· Klinis
keracunan Mikroorganisme
Tanda-tanda
umum
- Kekejangan
otot.
- Demam.
- Kerap
membuang air besar. Tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah atau mukus.
- Otot-otot
lemah dan badan berasa seram sejuk.
- Loya
dan muntah
- Memulas
dan sakit perut
- Kadangkala
demam dan dehidrasi
- Cirit
birit
- Hilang
selera makan.
· Pembagian
bakteri yaitu :
- Bakteri
- Virus
- Protozoa
- Fungi
3.2
Saran
Sebaiknya Lebih berhati hati dalam
memilih makanan ataupun minuman karena bakteri, fungi serta mikroorganisme yang
lain terdapat dimana mana.
Steel and iron ore mining | TITIAN | TINN AT HOME
BalasHapusTITIAN, the iron ore mining ford ecosport titanium and iron titanium mokume gane ore mine destination, revlon titanium max edition Mining and iron ore titanium septum ring ore can be used in most titanium wire mining projects and for a variety of
d073l9jtoik264 bulk sex dolls,horse dildo,dildos,wolf dildo,women sexy toys,couples sexy toys,women sexy toys,sex toys,dog dildo c580b2tjyrj681
BalasHapus