Selasa, 29 Mei 2012

Klinis keracunan Mikroorganisme


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
      Makhluk hidup (organisme) yang berukuran sangat kecil/renik (mikro) yang tidak terlihat oleh mata inilah yang dinamakan mikroorganisme. Mikroorganisme sering disebut dengan mikroba (jasad renik), yaitu organisme-organisme mikroskopik (organisme yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop) (Anonim, 2012).
      Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sebagai contoh: sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Satu tinja dapat mengandung jutaan bakteri (Dwidjoseputro, 2005).
      Di antara semua organisme yang terdapat dalam suatu ekosistem tertentu, mikroorganisme inilaah yang terdapat paling banyak dan memiliki kemampuan paling tinggi untuk menyebabkan terjadinya perubahan (Anonim, 2012).
      Mikroorganisme ini mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan di alam ini. Proses-proses alam yang terjadi, sebagian besar akibat dari peranan mikroorganisme ini. Mikroorganisme memegang peranan yang menentukan dalam menguraikan sampah yang berasal dari manusia dan industri yang dibuang ke dalam air atau tanah. Mikroorganisme mampu melaksanakan daur ulang terhadap banyak macam bahan. Udara yang bersih dan bebas debu mengandung relative sedikit mikroorganisme (Dwijoseputro, 2005).

1.2     Tujuan
-       Untuk mengetahui gejala klinis secara umum keracunan mikroorganisme
-       Untuk mengetahui pembagian mikroorganisme


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Mikroorganisme
      Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorgnasime ada yang terusun atas satu sel (uniseluler) dan ada yang tersusun atas beberapa sel (ultiseluler). Walaupun mikroorganisme uniseluler hanya tersusun atas satu sel, namun mikroorgansime tersebut menunjukan semua karakteristik organ hidup yaitu bermetaboliisme, bereproduksi, berdiferensisasi, melakukan komunikasi, melakukan pergerakan dan berevolusi (Nurwantoro, 1997).
      Mikroorganisme terdapat dimana-mana, interaksinya dengan sesama mikroorganisme ataupun dengan organsime lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan. Mikroorganisme cenderung diasosiasikan dengan penyakit-penyakit infeksi ataupun pembusukan makanan, akan tetapi mayoritas mikroorganisme justru memberikan kontribusi bagi kesinambunagn ekosistem lingkungan hidup khususnya bagi kesejahteraan manusia (Dwijoseputro, 2005).
      Mikroorganisme terdapat di segala macam lingkungan sebagai bagian dari seluruh ekosistem alam. Sebagian dari mikroorganisme itu adalah produsen, sebagian konsumen pertama, dan sebagian lagi konsumen ke dua serta ketiga. Kita dapat menemukan mikroorganisme di darah kutub, di daerah tropik, di dalam air, di dalam tanah, dalam debu di udara. Ada mikroorganisme yng dapat hidup di satostfer bila terangkat oleh arus udara. Ada mikroorganisme yang dapat hidup meskipun tidak ada oksigen, misalnya pada dasar laut dan danau – danau yang sangat dalam. Bahkan ada yang hidup di sumber air panas dengan temperatur yang sedemikian tinggi hingga akan mematikan organisme yang lebih besar. Miroorganisme memegang peranan penting sebagai penghubung jaring – jaring makanan dalam ekosistem darat, laut, danau, sungai dan kolam. Mereka merupakan pengurai utama dari berbagai zat dan senyawa (Nurwantoro, 1997).
      Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan alga renik. Fungi terutama yang berukuraarn kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya (Anonim, 2012).
      Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis (Anonim, 2012).

2.2  Pembagian Mikroorganisme
      Mikroorganisme terbagi atas :
1.      Bakteri
      Bakteri  (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Anonim, 2012).
      Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel (Nurwantoro, 1997).








                                   


2.      Fungi (termasuk khamir & Actinomycetes)
      Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces. Hifa jamur dapat terpurus dan setiap fragmen dapat tumbuh menjadi tubuh buah. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (dari akar kata Yunani μυκες, "lendir", dan λογοσ, "pengetahuan", "lambang") (Anonim, 2012).








                                           

3.      Virus (termasuk bacteriophage)
            Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel) (Dwijoseputro, 2005).
      Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).






                                      
Gambar 2.3 Contoh Virus

4.      Protozoa (termasuk Algae)
      Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah (Dwijoseputro, 2005).
      Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoadibayangi oleh membransel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya (Volk, 1990).








                                          

2.3  Keracunan Mikroorganisme
2.3.1     Keracunan Mikroorganisme Air
     Air minum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari mikroba yang berbahaya dan ketidak murnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak mengandung bahan tersuspensi (Buckle et. Al., 1985) apabila air mengandung zat-zat organic, maka dapat dipastikan air tersebut mengandung mikroba. Jenis dan jumlah mikroba dalam air tergantung dari lingkungannya. Air yang tercemar oleh kotoran hewan/manusia dimungkinkan juga tercemar oleh bakteri-bakteri pathogen yang berasal dari saluran pencernaan, misalnya Salmonella, Vibrio, EPEC, Shigella dan Clostridium Perfrigens (Volk, 1990).

2.3.2     Keracunan Mikroorganisme pada makanan
      Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Disebut keracunan makanan bila seseorang mengalami ganguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantara orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik. Seperti diketahui, bakteri sangat menyukai suasana lingkungan yang lembab dan bersuhu ruangan. Pada kondisi ini, pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan pesat. Bila suhu ini ditingkatkan atau diturunkan maka perkembangan biakan bakteri pun akan berkurang atau terhenti.Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan/atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh. Jenis keracunan makanan disebabkan oleh biologikal (bakteria, fungi (kulat dan yis) dan virus), fizikal(benda atau bahan asing seperti rambut, cebisan kaca, paku dan lain-lain),kimia(racun serangga, racun rumpai, bahan pencuci kimia, aditif makanan seperti pengawet yang berlebihan). Tanda-tanda umum keracunan makanan diantaranya kekejangan otot, demam, kerap membuang air besar, tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah atau mukus, otot-otot lemah dan badan berasa seram sejuk, loya dan muntah, memulas dan sakit perut, kadangkala demam dan dehidrasi, cirit birit, hilang selera makan. Untuk mencegah terjadinya keracunan makanan, kita sebaiknya melakukan pengelolaan sistem hiegen yang baik, pengolahan makanan yang baik, hindari terjadi kontaminasi dari mana pun, simpan makanan dalam suhu yang tepat (<5oC untuk makanan yang disimpan dalam kulkas dan > 60oC untuk makanan yang panas), hindari makan makanan yang asam yang dikemas dalam kemasan yang terbuat dari logam, hindari makan jamur yang liar, hindari mengkonsumsi makanan setengah matang. Di Ternate pada wilayah kerja Puskesmas Kalumata terjadi 3 kasus keracunan makanan dari tahun 2007-2010, sebanyak ± 23 orang (Soemarno, 2005)
      Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengkonsumsian makan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan/atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan di dalam fungsi normal tubuh. Keracunan makanan adalah penyakit yang berlaku akibat memakan makanan yang tercemar. Makanan dikatakan tercemar jika ia mengandungi sesuatu benda atau bahan yang tidak seharusnya berada di dalamnya (Anonim, 2012)

2.3.3     Jenis Pencemaran Makanan
Beberapa jenis pencemaran makanan :
1.      Keracunan makanan kaleng
      Saat ini, berbagai jenis bahan makanan kaleng semakin banyak kita jumpai. Baik sayuran, daging, sarden dan sebagainya. Proses pengalengan yang kurang sempurna dapat merangsang timbulnya bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat tanpa udara, dan akan mengeluarkan racun yang bisa merusak saraf juka sampai tertelan. Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme (Anonim, 2012).
      Gejala botulisme biasanya akan timbul mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung racun tersebut. Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda (diplopia), Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan daya akomodasi lensa mata, dan refleks pupil mata terhadap cahaya berkurang atau hilang sama sekali.
Gejala berikutnya bisa berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya otot-otot tubuh, tangan dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi.
Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit. Umumnya, proses penyembuhan berjalan lambat. Sisa kelemahan otot-otot mata bisa berlangsung beberapa bulan (Volk, 1990)
      Agar tidak keracunan makanan kaleng, kita sebagai konsumen harus teliti dalam memilih makanan kaleng. Sebaiknya pilihlah makanan yang sudah mendapat registrasi dari Departemen Kesehatan RI. Juga, masak atau panasi dahulu makanan dalam kaleng sebelum dikonsumsi. Jangan dimakan bila terdapat bahan makanan yang rusak atau membusuk (Volk, 1990).

2.      Tercemar zat kimia
      Sayuran dan buah-buahan biasanya telah dicemari oleh zat kimia, baik sebagai pengawet maupun racun pembasmi hama (yang sering digunakan petani sebelum dipanen. Zat-zat kimia ini bisa berupa arsen, timah hitam, atau zat-zat yang bisa menyebabkan keracunan. Selain itu, makanan seperti acar, jus buah, atau asinan yang disimpan di dalam tempat yang dilapisi timah (bahan pecah belah yang diglasir), cadmium, tembaga, seng atau antimon (panci yang dilapisi email) juga dapat menimbulkan keracunan dengan berbagai gejala, tergantung pada logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat kelebihan bahan pengawet juga bisa terjadi, misalnya sodium nitrit (Anonim, 2012).
      Cadmium yang digunakan untuk melapisi barang-barang dari logam dapat larut dalam makanan yang bersifat asam, sehingga jika ikut termakan dalam jumlah banyak makanan tersebut bisa menimbulkan keracunan. Gejalanya antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala, otot-otot nyeri, ludah berlebihan, nyeri perut, bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal (Anonim, 2012).
      Nitrit sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk menjaga atau mempertahankan warna daging. Jika dikonsumsi berlebihan, makanan yang mengandung zat kimia ini mengakibatkan keracunan dengan gejala pusing, sakit kepala, kulit memerah, muntah, pingsan, tekanan darah menurun dengan hebat, kejang, koma dan sulit bernapas.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak teracuni zat kimia, yaitu dengan mancuci bersih buah-buahan, sayuran dan daging sebelum diolah. Selain itu, jangan manyimpan bahan makanan yang bersifat asam (sari buah, acar, asinan) di dalam panci yang terbuat dari logam (Anonim, 2012).

3.      Racun alam pun bisa bahaya
      Ada beberapa jenis bahan makanan, baik dari hewan maupun tumbuhan sudah mengandung zat beracun secara alamiah. Salah satu tumbuhan yang sering menyebabkan keracunan adalah jamur. Ada dua macam jamur dari jenis amanita yang sering menyebabkan keracunan. Jamur Amanita muscaria mengandung racun muscarine yang jika termakan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu dua jam setelah tertelan, yaitu keluar air mata dan ludah secara berlebihan, berkeringat, pupil mata menyempit, muntah, kejang perut, diare, rasa bingung, dan kejang-kejang yang bisa menyebabkan kematian. Jamur Amanita phalloides mengandung racun phalloidine yang akan menimbulkan gejala keracunan 6-24 jam setelah tertelan, dengan gejala mirip keracunan muscarine. Selain itu penderita tidak bisa kencing dan akan mengalami kerusakan hati (Nurwantoro, 1997).
      Dari jenis hewan, beberapa ikan laut juga dapat menyebabkan keracunan. Beberapa jenis ikan laut di daerah tropis akan beracun pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Sedangkan jenis lainnya akan beracun sepanjang tahun. Beberapa contoh ikan beracun antara lain ikan gelembung, ikan balon, belut laut, ikan landak, ikan betet, mackerel, dan lain-lain. Gejala keracunan ikan dapat dirasakan setengah sampai empat jam sesudah dimakan, yaitu gatal di sekitar mulut, kesemutan pada kaki dan lengan, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri persendian, demam, menggigil, sakit pada saat kencing, dan otot tubuh terasa lemah.
Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya jangan mengonsumsi jenis ikan yang beracun. Selain itu, bekukanlah ikan laut (simpan dalam lemari pendingin) segera setelah ditangkap (Nurwantoro, 1997).
      Produk laut lain yang sering menimbulkan keracunan adalah jenis kerang-kerangan. Remis, kerang, tiram, dan jenis kerang-kerangan lain yang hidup di daerah laut tertentu sering mengandung racun, terutama pada musim panas. Gejala keracunan timbul lima sampai 30 menit setelah makanan tertelan, berupa rasa kebal di sekitar mulut, mual, muntah, kejang perut yang diikuti kelemahan otot dan kelumpuhan saraf tepi. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi hingga berujung pada kematian. Agar tidak keracunan kerang, tahanlah untuk memakannya pada musim panas (Nurwantoro, 1997).

2.3.4     Mikroorganisme Penyebab Keracunan Makanan
A.    Clostridium botulinum
      Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun yang mencegah transmisi impuls saraf ke otot . Mual, muntah dan kram perut adalah gejala umum yang ditimbulkannya. Efek dimulai pada syaraf di kepala sehingga menyebabkan penglihatan kabur/ganda dan kesulitan menelan, kemudian menyebar ke punggung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot lengan, otot pernapasan, dan mungkin juga otot kaki. Gejala ini biasanya muncul 4-36 jam setelah menelan toksin, tetapi bisa memakan waktu hingga delapan hari (Nurwantoro, 1997).
      Makanan kaleng adalah sumber utama botulisme (keracunan botulinum). Selain itu, botulisme juga dapat bersumber dari makanan bayi, yang dapat berakibat fatal bagi kelompok usia ini. Cara terbaik untuk mencegah botulisme adalah mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di rumah. Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau busuk, meskipun tidak selalu demikian. Botulisme adalah kedaruratan medis yang harus segera mendapatkan perawatan. Dengan tersedianya antitoksin, 90% lebih pasien botulisme dapat diselamatkan (Nurwantoro, 1997).

B.     Salmonella gastro
      Salmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid. Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke orang. Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini (Anonim, 2012)
      Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja. Gejala awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah perut jangka panjang (Bonang, 1982).
      Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus. Antibiotik dan obat anti-diare mungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang parah (Anonim, 2012).

C.     Escherichia coli
      Kebanyakan strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri bermanfaat yang hidup dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa strain E. coli dapat menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti adalah E. coli 0157 yang menghasilkan racun yang disebut toksin Shiga. Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli 0157 juga memecah sel darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah trombosit. Pada 10% kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan ginjal dan organ penting lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada anak-anak dan lansia (Nurwantoro, 1997).
      E. coli memiliki masa inkubasi antara 1-3 hari. Waktu tersebut dibutuhkan bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan berkembang biak di sana ke tingkat yang menyebabkan masalah. Karena bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan diare. E. coli jarang menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan lainnya, E. coli 0157 sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih sebelum diare mered (Nurwantoro, 1997).
      Keracunan E. coli timbul karena mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi cincang. Jika daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli. Bakteri ini juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan (Nurwantoro, 1997).
      E. coli tidak terpengaruh oleh obat antibiotik. Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti cairan yang hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin perlu perawatan dialisis. Salah satu wabah terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di Skotlandia pada tahun 1996 yang disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh sakit, dua puluh di antaranya meninggal dunia (Nurwantoro, 1997).

2.3.5     PENYEBAB KERACUNAN MAKANAN
Menurut Center of Disease Control (CDC), sebagian besar keracunan makan akibat kesalahan dalam mengolah makanan, seperti :
-          Membiarkan makanan yang telah siap saji pada suhu yang baik bagi bakteri untuk tumbuh.
-          Kesalahan memasak atau menghangatkan kembali makanan.
-          Kontaminasi silang
-          Kontaminasi oleh tangan pengolah makanan (koki)

2.3.6     Klinis keracunan Mikroorganisme
Tanda-tanda umum
-       Kekejangan otot.
-       Demam.
-       Kerap membuang air besar. Tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah atau mukus.
-       Otot-otot lemah dan badan berasa seram sejuk.
-       Loya dan muntah
-       Memulas dan sakit perut
-       Kadangkala demam dan dehidrasi
-       Cirit birit
-       Hilang selera makan.
(Anonim, 2012).
      Biasanya tanda-tanda dan gejala mulai timbul beberapa jam selepas memakan makanan yang tercemar atau beberapa hari kemudiannya. Waktu timbulnya gejala setelah seseorang mengkonsumsi makanan beracun sangat bervariasi tergantung jenis mikroorganisme yang menginfeksi. Namun rata rata mereka akan mengeluhkan gangguan kesehatan setelah 30 menit sampai 2 minggu setelah menyantap makanan beracun. Keluhan yang dirasakan antara lain nyeri perut, mules, diare, muntah dan demam. Keluhan ini dirasakan dari tingkat ringan sampai berat (Nurwantoro, 1997).
      Keracunan oleh bakteria Campylobacterosis disebabkan oleh bakteria campylobacter jenis ini yang terdapat dalam ayam mentah, daging dan susu tidak Pasteur (Nurwantoro, 1997).
      Tanda-tanda keracunan bermula 2-5 hari selepas makan. Selain dari tanda-tanda umum, pesakit akan mengalami demam dan najis mengandungi darah (Anonim, 2012)
      Cirit-birit yang dialami oleh pengembara disebabkan oleh bakteria Escherichia coli atau E. coli yang boleh menghasilkan toksin.
Penyakit ini berlaku kerana penyediaan makanan dan air tidak bersih. Tanda-tanda umum dirasai di antara 1-18 jam selepas makan. Bagaimanapun, keracunan jenis ini tidak melebihi 24 jam (Nurwantoro, 1997).
      Cholera disebabkan oleh bakteria vibro cholera yang terdapat dalam ikan, kerang, kupang dan jenis-jenis siput yang ditangkap di kawasan air yang tercemar. Tanda-tanda bermula antara 1-3 hari selepas makan dan boleh bermula dengan cirit-birit ringan dan seterusnya maut akibat badan kehilangan air hasil daripada cirit-birit yang teruk (Nurwantoro, 1997).
      Gastroenteritis disebabkan oleh Yersinia enterocolitica, sejenis bakteria yang terdapat dalam daging, air, sayuran mentah dan susu tidak pasteur. Tanda-tanda bermula 2-5 hari selepas makan. Selain daripada tanda umum, demam dan kelesuan mungkin berlaku sama seperti demam selsema. Jika tidak dirawat pesakit boleh menjadi lebih teruk lagi (Nurwantoro, 1997).
      Listeriosis kerana bakteria Listeria monocytogenes. Walaupun jarang berlaku ia boleh menyebabkan maut. Tanda penyakit termasuklah kesejukan, keracunan darah dan kelahiran tidak cukup bulan bagi wanita mengandung. Dalam kes yang parah, penyakit ini boleh menyebabkan kerosakan otak dan saraf tunjang (Nurwantoro, 1997).
      Shigeliosis atau Disenteri disebabkan oleh bakteria Shigella sp., tanda- tanda bermula dalam masa 1-7 jam selepas makan. Selain dari pada tanda tanda umum, darah, nanah atau lendir boleh terdapat dalam najis (Nurwantoro, 1997).
      Salmonelosis. Keracunannya disebabkan oleh bakteria Salmonella yang didapati dalam ayam. Tanda-tanda umum dirasakan selepas 24-48 jam (Nurwantoro, 1997).
      Staphylococcus aureus sejenis bakteria yang sukar dihapuskan walaupun pada suhu tinggi. Keracunan jenis ini sering berlaku.
Tandanya dirasai dalam jangka masa 1-8 jam selepas makan, serta berlarutan sehingga 24-48 jam. Tanda-tandanya agak umum (Nurwantoro, 1997).


2.3.7      Keracunan virus
A.    Hepatitis
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terdapat dalam kerang dan siput- siput yang ditangkap di dalam air yang dicemari oleh air kumbahan dan sayuran mentah yang tidak dibersihkan dengan sempurna (Anonim, 2012).
      Tanda-tanda bermula dari 2-6 minggu selepas makan dan pesakit akan mengalami demam,lemah badan, tidak berselera dan jaundis. Bagi kes yang parah, kerosakan hati boleh berlaku dan membawa maut (Anonim, 2012).

B.     Norwalk
Norwalk virus disebabkan oleh virus Norwalk yang didapati dalam kerang dan siput-siput yang ditangkap di kawasan yang dicemari kotoran  manusia.
Keracunan berpunca akibat memakan siput-siput mentah dan dimasak tidak sempurna (Anonim, 2012).

2.3.8     Keracunan protozoa
A.    Giardiasis
      Giardiasis disebabkan oleh protozoa Giardia lamblia terdapat dalam saluran usus dan najis manusia. Air kumbahan yang digunakan sebagai baja pada sayur dan penyedia makanan tidak membersihkan tangan adalah punca berlaku keracunan ini (Anonim, 2012).

B.                 Amebiasis
Amebiasis dikenali juga sebagai disenteri amebik dan disebabkan oleh Entamoeba histolytica.  Puncanya adalah sama seperti keracunan protozoa Giardia lamblia (Anonim, 2012)
Tanda-tanda keracunan ialah kawasan badan di sekitar hati dan usus besar menjadi lembut, cirit-birit, rasa berdebar, kehilangan berat dan lemah badan. Keracunan makanan juga boleh disebabkan oleh cendawan beracun atau buah dan sayuran yang dicemari dengan racun serangga yang tinggi kepekatannya (Nurwantoro, 1997).

2.4  Cara Mengobati Keracunan
Beberapa catatan tentang pertolongan pertama pada keracunan berdasarkan :
1.      Kenali gejala-gejala keracunan seperti kepala pusing, perut mual, badan menjadi dingin dan lemas. Biasanya gejala ini muncul beberapa saat setelah kita makan atau minum sesuatu.
2.      Segera minum susu kental atau minum air putih sebanyak-banyaknya. Air kelapa muda telah terbukti memiliki khasiat sebagai penawar dan pengurai zat racun.
3.      Jika ingin muntah segera muntahkan keluar, namun jika tidak beristirahat lah saja sampai kondisi membaik.
4.      Jika ternyata kondisi masih tidak berubah dalam beberapa jam dan menunjukkan gejala-gejala yang lebih parah semisal kejang-kejang, sebaiknya segera ditangani oleh ahli medis. Jangan lupa membawa serta contoh makanan beracun ataupun mengingat makanan yang telah dimakan untuk mempermudah diagnosa dokter.
5.      Pemberian Antibiotik
6.      Parasetamol (untuk penurun demam)
7.      Simvastatin (untuk menghilangkan kejang perut)
8.      Donperidon (untuk menghilangkan rasa mual)
9.      Loperamid (untuk diare)
10.  Oralit (untuk penambah cairan tubuh)
11.  Air kelapa (menetralisir racun)
12.  Minum susu (Menetralisir racun)
(Anonim, 2012)


2.5  Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
1.   Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
2.   Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setiap jamnya.
3.    Air santan kental dan air kelapa hijau yang di campur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.
4.   Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
5.   Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
(Nurwantoro, 1997).

2.6   Cara Pencegahan Keracunan Makanan
1.   Biasakan mencuci tangan sebelum melakukan aktifitas yang berhubungan dengan makanan. Baik itu sebelum mengolah makanan atau menyantap makanan. Cucilah tangan menggunakan sabun agar kuman bakteri yang ada pada tangan segera mati.
2.   Pisahkan antara makanan yang belum diolah dengan makanan yang telah siap disajikan. Jangan menghidangkan makanan pada tempat yang kotor atau bekas dipakai tempat makanan mentah.
3.   Masaklah makanan sampai benar benar matang. Jangan mengkonsumsi makanan mentah atau makanan setengah matang.
4.   Bekukan makanan yang akan disimpan dalam waktu yang lama.
5.   Pengelolaan sistem hiegen yang baik
6.   Pengolahan makanan yang baik
7.   Hindari terjadi kontaminasi dari mana pun
8.   Simpan makanan dalam suhu yang tepat < 50 C untuk makanan yang disimpan dalam kulkas dan > 600C  untuk makanan yang panas).
9.   Hindari makan makanan yang asam yang dikemas dalam kemasan yang terbuat dari logam.
10.        Hindari makan jamur yang liar.
11.  Hindari mengkonsumsi makanan setengah matang.
(Anonim, 2012)

2.7  Pemeriksaan Lab
-       Menentukan secepat mungkin penyebab keracunan dengan pemeriksaan klinis,laboratorium toxikologis, kecepatan mendapatkan contoh darah, urine maupun muntah penderita.
-       Mengeluarkan racun dari lambung, dengan cara membuat penderita muntah atau tindakan bilas lambung.
-       Pemberian Antidotum yang sesuai
(Anonim, 2012).








BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
·      Klinis keracunan Mikroorganisme
Tanda-tanda umum
-       Kekejangan otot.
-       Demam.
-       Kerap membuang air besar. Tinja cair dan mungkin disertai darah, nanah atau mukus.
-       Otot-otot lemah dan badan berasa seram sejuk.
-       Loya dan muntah
-       Memulas dan sakit perut
-       Kadangkala demam dan dehidrasi
-       Cirit birit
-       Hilang selera makan.
·      Pembagian bakteri yaitu :
-       Bakteri
-       Virus
-       Protozoa
-       Fungi

3.2     Saran
      Sebaiknya Lebih berhati hati dalam memilih makanan ataupun minuman karena bakteri, fungi serta mikroorganisme yang lain terdapat dimana mana.

2 komentar: