Kamis, 31 Mei 2012

Test Widal Slide


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
      Demam  tifoid merupakan penyakit infeksi yang masuk melalui saluran cerna kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui darah. Deman tifoid disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella serovarian dan paratyphi. Terdapat ratusan  jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat mengakibatkan penyakit demam tifoid yaitu Salmonella serovarian typhi, paratyphi A, paratyphi B, paratyphi C (Anonim, 2010).
       Di Indonesia tifus merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu ada sepanjang tahun. Umumnya penderita tifus meningkat terutama pada musim kemarau . pada saat kemarau terjadi kekurangan air bersih dan sumber air yang mudah tercemar. Setiap tahun penderita tifus di daerah perkotaan di Indonesia mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk (Anonim, 2010).
      Demam  tifoid atau yang sering disebut tifus terjadi bila seseorang terinfeksi kuman Salmonella, yang pada umumnya melalui makanan dan minuman yang tercemar. Apabila kuman yang masuk kedalam tubuh sangat banyak dan mampu menembus dinding usus serta dapat masuk kealiran darah hingga menyebar keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat menimbulkan infeksi pada organ tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari pertama, sering kali kesulitan  membedakan apakah demam yang timbul disebabkan oleh tifus atau penyebab demam lain seperti demam  berdarah umumnya meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan turun secara cepat dihari ke 5-6.       Bila demam  sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka sangat memungkinkan demam tersebut  disebabkan oleh tifoid bukan karena demam berdarah (Anonim, 2010).
      Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan seperti mual, muntah, sembelit atau diare. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit tifus adalah pemeriksaan widal (Anonim, 2010).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pemeriksaan widal adalah untuk mengetahui adanya antibody spesifik terhadap bakteri Salmonella.

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Identifikasi
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan  jika masuk ke dalam  tubuh  melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau produk hewan kepada  manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric. Salmonella  merupakan bakteri Gram (-)  batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan flagel peritrich (Soemarno, 2000).
Panjang Salmonella bervariasi, kebanyakan spesies kecuali Salmonella pullorumgallinarum dapat bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh pada pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa. Bakteri ini termasuk asam dan kadang – kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan biasanya membentuk H2S. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk  jangka waktu yang cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat  kimia tertentu (misalnya hijau brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan  dalam  pembenihan yang dipakai untuk mengisolasi  Salmonella  dari tinja  (Jawetz, 1996).
Salmonella tumbuh dengan situasi aerob dengan suhu optimum 36o C.
-       Mac conkey agar, koloni tidak berwarna, jernih, keping, sederhana, bulat, smooth.
-       EMB, koloni tidak berwarna, sedang lebih besar dari MC, keping.
-       SSA, koloni tidak berwarna, kecil-kecil, smooth, bulat, keeping.
-       Desoxycholate Citrate, koloni kecil-kecil, sedang, berwarna, jernih kelabu, smooth, keeping.
-        Endo Agar, koloni kecil, tidak berwarna atau merah muda, kecil-sedang, keeping.
-       Hektoen Enteric Agar, koloni kecil sedang, berwarna hijau biru, dengan atau tanpa warna  hitam   tengah, koloni bulat, smooth.
-       TSI : Lereng = alkali/asam
-       Gas = +/-    (Soemarno. 2000).

2.2  Struktur Antigen
Meski pada awalnya Salmonella dideteksi berdasarkan sifat sifat biokimianya, golongan dan spesiesnya harus di identifikasi dengan analisis antigen. Seperti Enterobacteriacea lain, Salmonella  memiliki antigen O (dari keseluruhan berjumlah lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda pada salah satu atau kedua fase. Beberapa Salmonella  mempunyai antigen simpai (K) yang  disebut V1 yang dapat menganggu aglutinasi melalui anti serum O, antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang dimilikinya. Tes aglutinasi dengan anti serum serapan untuk antigen O dan H yang berbeda merupakan dasar untuk klasifikasi Salmonella  secara serologi.  (Jawetz, 1996).
                                                                                        
2.3  Demam Tifoid
Demam  tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropics (Anonim, 2010).
Penularannya dapat terjadi melalui kontak antar manusia atau jika makanan dan minuman yang di konsumsi terkontaminasi di karenakan penanganan yang tidak bersih. Selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit ( masa inkubasi ) tergantung dari banyaknya bakteri apa yang masuk ke dalam tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 8-14 hari. (Anonim, 2010).
Penyakit demam  tifoid ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan  lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk, serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Anonim, 2010).

2.4  Gejala Penyakit Tifus
     Dalam  minggu pertama, keluhan dan gejala mengenai infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-anak atau sulit buang air besar pada orang dewasa. Suhu  tubuh meningkat terutama pada sore hari dan malam hari (Anonim, 2010).
       Setelah minggu ke dua gejala menjadi lebih jelas , yaitu demam yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut keriting, bibir kering dan pecah – pecah, lidah di tutupi oleh selaput putih kotor, pembesaran hati dan limfa, serta timbul rasa nyeri bila di raba, dan  gangguan  kesadaran dari yang ringan, apatis, koma (Anonim, 2010).
      Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan, kebocoran usus, infeksi selaput, renjatan bronkopnemonia dan kelainan di otak. Jika terdapat gejala penyakit tifus segera di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit tifus, koma. Keterlambatan diagnose dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal, sampai pada kematian (Anonim, 2010).
   Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna. Tetapi bisa terjadi komplikasi terutama bila tidak di obati atau pengobatan terlambat berupa:
a.  Perdarahan usus (2 % penderita)
    Perforasi usus (1-2 % penderita yang menyebabkan nyeri perut karena isi usus menginfeksi rongga perut).
b.  Infeksi kantung kemih dan hati
c.   Infeksi darah ( bakterimia) yang kadang menyebabkan infeksi organ tubuh lainnya.

2.5  Identifikasi Kuman Melalui Uji Serologi
Uji serologi di gunakan untuk membantu menegakkan diagnose demam  tifoid dengan  mendeteksi anti bodi spesifik terhadap komponen anti gen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Beberapa uji serologi yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi:
a.  Uji Widal
      Merupakan suatu metode serologi baku dan rutin. Teknis aglutinasi ini dapat dilakukan dengan uji hapusan atau  uji tabung. Uji ini di lakukan dengan mencampur serum yang sudah di encerkan dengan suspensi Salmonella mati yang mengandung anti gen O (somatik) dan H (flagel).

b.  Test Tubex
      Test aglutinasi kompetitif  semikuaantitatif yang cepat dan sederhana dengan menggunakan partikel berwarna untuk meningkatkan sensitifikasi. Spesifikasi di tingkatkan dengan menggunakan antigen O yang benar – benar spesifik yang hanya di temukan pada Salmonella setogrup D.
c.  Metode Enzyme Immunoassay
      Didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik  IgM dan IgM terhadap antigen OMP 50 kp. S. typhi. Deteksi IgM menunjukkan fase awal infeksi  pada demam  tifoid akut, sedangkan IgM  dan  IgG menunjukkan demam tifoid fase pertengahan infeksi.
d.  ELISA
      Dipakai untuk melacak antibody IgG , IgM, IgA terhadap antigen LPS Og, antibody terhadap antigen d (Hd) flagel dan antibody terhadap antigen S. typhi.
e.  Pemeriksaan Dipstik
       Dikembangkan di Belanda dalam mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap antigen LPS. S. typhi dengan menggunakan membran nitrose lulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti human immobilized sebagai reagen control. 



BAB  III
METODE KERJA

3.1  Tempat  dan Waktu Praktikum
Praktikum pemeriksaan Widal “Slide” dilaksanakan  pada hari Selasa, tanggal 3 Mei, 2011. Bertempat di Laboratorium STIKES Wiyata Husada Samarinda.

3.2  Prinsip
Uji widal darah adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda beda terhadap antigen somatik (O)dan flagel (H) yang ditambahkan dalam jumlaah yang sama sehingga terjadi aglutinasi.

3.3  Alat dan Bahan
3.3.1  Alat
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu :
-  Slide putih/objek glass
-  Mikropipet
-  Sentrifuge
-  Yellow tape
-  Batang pengaduk

3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu :
-  Antigen Salmonella typhi O
-  Antigen Salmonella typhi H
-  Antigen Salmonella paratyphi AH
-  Antigen Salmonella paratyphi OH


-   
3.Sampel
      Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu serum dari saudari       :
Nama                : 
Umur                 :
Jenis kelamin :

Nama                : Mr.X
Umur                 : 20 tahun
Jenis kelamin: laki-laki

3.Cara Kerja        
-     Siapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.
-     Dengan mikropipet masukkan serum sebanyak 20 µl  ke atas kaca yang telah disiapkan.
-     Kemudian ditambah 1 tetes antigen, dan homogenkan.
-     Setelah itu dirotator selama 1 menit.
-     Perhatikan aglutinasi yang terjadi.
-     Jika positif, maka lakukan pengenceran :
-  Serum 10 µl di tambah 1 tetes reagen
-  Serum 5 µl di tambah 1 tetes reagen



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Dari praktikum yang dilakukan yaitu pemeriksaan widal cara slide didapat hasil:
1.  Nama                       : 
Umur                        :
Jenis Kelamin        :
Hasil pemeriksaan : - salmonella thypi 0 =
   - salmonella thypi H =
   - salmonella thypi AH =
   - salmonella thypi OH =

2.  Nama                       :Mr.X
Umur                        : 20 tahun
Jenis kelamin         : Laki-laki
Hasil Pemeriksaan : - salmonella thypi 0 =
                                    - salmonella thypi H =

4.2 Pembahasan
Uji widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang berarti bahwa seseorang pernah  terinfeksi kuman Salmonella tipe tertentu. Untuk menentukan seseorang menderita demam  tifoid atau bukan, tetap harus didasarkan atas gejala-gejala yang sesuai dengan penyakit tifus. Uji widal hanya dapat dikatakan sebagai penunjang diagnose jika seseorang tanpa gejala dengan uji widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus.
Beberapa yang sering disalah artikan dari pemeriksaan widal adalah pemeriksaan widal positif dianggap ada kuman didalam tubuh. Pemeriksaan widal yang diulang setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil widal positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan kesembuhan seseorang.
Hasil untuk pemeriksaan widal positif telah mendapat pengobatan tifus, bukan indikasi untuk mengulang pengobatan bila mana tidak didapatkan lagi gejala yang sesuai. Hasil uji negative dianggap tidak menderita tifus.
Uji widal umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karena  itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali hasilnya negatif dan baru akan positif bila mana pemeriksaan diulang. Dengan demikian hasil uji widal negatif terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan kemungkinan tifus.
Widal, seperti semua hasil pemeriksaan laboratorium, harus di interpretasikan dengan bijak. Tanda-tanda klinis, penderita terus lebih diutamakan daripada reaksi widal positif. Tifus tidak pernah dimulai dengan demam tinggi pada hri pertama sampai ketiga. Bila demam terus berlanjut dan pada hari 5-6 menjadi lebih tinggi maka barulah tiba waktunya untuk memeriksa widal dan melakukan  biakan kuman dari darah. Hasil biakan kuman yang positif merupakan bukti adannya tifus.
Kelemahan dari pemeriksaan widal yaitu sensitifitas yang kurang member hasi negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi tifus.






BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pemeriksaan widal secara rapid slide test. Terhadap serum dari Dewi yulianti didapatkan bahwa sampel tersebut tidak terdapat antibody Salmonella.  Segangkan pada sampel Mr.X di dapatkan adanya antibody salmonella thypi O positif 1/160.

5.2 Saran
-       Sebaiknya pemeriksaan widal ini saat melaukan pembacaan harus tepat 1 menit. Karena jika < 1 menit akan didapatkan hasil negatif  palsu. Sedangkan jika > 1 menit maka akan mendapatkan hasil positif palsu.
-       Hal yang terpenting dalam pengobatan tifus adalah medeteksi sedini mungkin sehingga dapat menghindari terjadinya komplikasi.
-       Perawatan pada penderita tifus dapat dilakukan dirumah yaitu dengan beristirahat, cukup minum dan makan makanan dengan gizi dan protein yang cukup.
-       Hidari makanan  pedas atau asam karena dapat mengiritasi usus dan beresiko menimbulkan pendarahan.
-       Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi. Carier atau pembawa kuman dapat dialami pada sebagian kecil penderita yang tidak mendapat pengobatan secara tuntas.









DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. http://www.prodia.co.id
Anonim.2010. http://www.wido25.blogster.com
Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta: Akademi Analis
kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Tes kehamilan Metode Gali Mainini


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Arti hamil atau kehamilan adalah bila seseorang wanita mengandung sel telur yang telah dibuahi atau di hamilkan oleh sperma. Dahulu untuk menguji kehamilan, di gunakan berbagai macam reaksi, antara lain yaitu :
a.  Reaksi dari Hogben
Untuk reaksi ini diperlukan kodok dari Afrika Selatan, yaitu Xenopus laevis.
b.  Reaksi dari Consulof
Untuk reaksi ini digunakan kodok berwarna yang disebu Rana exculenta.
c.   Reaksi dari Friedman
Friedman adalah dokter gynacologi dari Jerman. Binatang yang digunakan adalah kelinci betina yang telah diasingkan 3 minggu supaya tidak kawin, karena kelinci tidak akan ovulasi bila tidak berhubungan dengan jantan.
d.  Reaksi Galli Mainini
Pada praktikum kali ini akan dilakukan uji kehamilan dengan metode Galli Mainini. Walaupun, pada jaman sekarang ini sudah banyak dilakukan uji kehamilan yang lebih sederhana, mudah, dan lebih modern, tidak ada salahnya kita sebagai mahasiswa mengetahui cara melakukan uji kehamilan secara Galli Mainini.

1.2  Tujuan
- Untuk mengetahui cara uji kehamilan (Galli Mainini) dengan menggunakan katak Buffo vulgaris jantan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanda-tanda kehamilan
 Dalam urine perempuan yang sedang hamil terdapat semacam hormon sifatnya menyerupai hormone Gonadotropin (yang berbentuk glikoprotein) dari bagian depan (lobus anterior) kelenjar hypofisis. Hormone ini tidak hanya pada perempuan hamil tetapi juga terdapat pada cancer dan ovarium. Permukaan menopause, kehamilan yang abnormal, abortus mola, tumor dari testis, dan lain sebagainya. (Zr. Cristina Ibrahim, 1971).
Tanda – tanda kehamilan ada yang di bagi menjadi dua saja, yaitu :
·  Tanda–tanda tidak pasti
·  Tanda–tanda pasti
Dan ada pula yang membaginya menjadi tiga macam, yaitu :
·  Tanda–tanda tidak pasti
·  Tanda–tanda kemungkinan
·  Tanda–tanda pasti
(Zr. Cristina Ibrahim, 1971).
 Adapun gunanya mengetahui tanda–tanda kehamilan itu agar benar-benar mengetahui apakah ibu yang perutnya besar itu hamil atau tidak, karena tidak semua ibu yang perutnya besar itu hamil. Perut besar biasa disebabkan karena asitues, ovarial cyste, myoon, tumor dan lain sebagainya (Zr. Cristina Ibrahim, 1971).
 .
2.2  Tanda – tanda tidak pasti
a.  Amenorhoe
Pendarahan yang disebabkan k arena implantasi dari ovum  ke dalam deciduas. Pendarahan ini tidak terlalu banyakdan lama bila dibandingan dengan menstruasi biasa.

b. Perubahan buah dada
c. perasaan mual di waktu pagi (morning sickness)
d.  Pergerakan janin yang pertama, disebut juga Quickening . quick ini berarti pula hidup, adanya Quickening menandakan adana individu yang hidup.
e.  Sering buang air kemih.
f.   Membesarkan perut.

2.3    Tanda – tanda kemungkinan
a.Tanda – tanda dari hegar
      Berdasarkan adanya uterus segmen bawah yang lebih lunak daripada bagian yang lain dan embrio belum mengisi bagian seluruh ruangan uterus, tetapi biasanya bertempat diatas dekat fundus uterine.
b.Tanda – tanda dari piskacek
        Berdasarkan adanya tempat yang kosong pada rongg uterus karena embrio biasanya terletak di sebelah atas, sehingga pada pemeriksaan dimanual akan terasa benjolan yang asimetris.
c.Tanda – tanda Braxton Hicks
      Berdasarkan adanya kontraksi – retraksi, dan relaksasi pada otot – otot utrus yang sedang membesar.
d.Tanda – tanda Chadwick
        Berdasarkan adanya kongesti setempat ialah pada uterus karena uterus sangat banyak membutuhkan darah.
e. Reaksi biologik
- Reaksi Hogben
      Menggunakan kodok xenopus laevis, disuntikan dengan 2 cc urin wanita yang sedang hamil. Bila reaksi positif maa kodok akan mengadakan ovlasi dengan tanda mengeluarka telur dalam waktu 12 – 24 jam.

-  Reaksi dari Consulof
Menggunakan kodok rana exculenta, sebelum di gunakan kodok ini di ambil kelenjar hypohysenya lebih dahulu hingga warna kodok menjadi pucat. Kemudian kodok ini disuntikan dengan 2,5 cc urin wnta yang sedang hamil, bila setelah disuntik warna kodok tersebut menjai cokelat, maka reaksi kehamilan positif.
- Reaksi dari Galli Mainini
Menggunakan kodok jantan buffo vulgaris disuntikan 5 c air kemih wanita yang sedang hamil pada bagian bawah kulit peerut kodok. Jika hasil dari uji tersebut adalah positif maka akan di temukan sperma pada air kemih kodok yang telah didiamkan selama 3 jam.
- Reaksi Friedman
Menggunakan kelinci betina yang telah 2 minggu diasingkan dari jantan. Disuntikan 5 cc air kencing wanita yang sedang hamil intravena pad vena telinga kelinci selama 2 hari berturut – turut. Setelah 24 jam laludilakukan laparotomi, diambil ovarium, diperiksa, bila ada korpus rubra dan lutea maka hasil tersebut adalah positif.
- Reaksi Aschiem Zondek
Menggunakan 5 ekor tikus betina imatur, pada hari kelima di dakan operasi pada tikus – tikus betina yang telah di suntik itu. Operasi di titik beratkan pada perubahan ovarium tikus putih, apakah ada korpus rubrum. Jika ada maka hasilnya adalah positif, yang menandakan adanya prognandiol dalam air kemih menyebabkan adanya ovulasi pada tikus yang belum dewasa.
f.            Reaksi Imunologik
  Dasarnya adalah reaksi antigen – antibody, dimana hcg bersifat antigen, sebagai antibody di kenal pregnosticon, gravidex dan qoravis.

2.Tanda – tanda pasti
a. Terdengarnya detik jantung anak
b. Terabanya bagian – bagian anak
c. Pergerakan anak
d. Pemeriksaan roentgen (Zr. Cristina Ibrahim, 1971)

2.5  Alat Reproduksi
Alat kelamin pada katak jantan terdiri atas satu pasang testis yang berwarna putih kekuning – kuningan. Disebelah mukanya terdapat badan lemak yang dinamakan korpus adiposum.testis menghasilkaan spermatozoa di keluarkan melalui saluran halus menuju ke ginjal dan dikelarkan bersama – sama air kencing melalui ureter.alat kelamin betina terdiri ats satu pasang ovarium yang terletak pada rongga perut. Pada musim birahi, ovarium ini membesar dan berisi ovum, yang kemudian akan di keluarkan masuk dalam corong oviduct (infundibulum) dan di lanjutkan ke saluran telur (oviduct). Letak corong ovidut yaitu  disebelah cranial dari ovarium. Dalam saluran telur itu, ovum di lengkapi dengan selaput telur berbentuk selai yang di keluarkan oleh dinding saluran telur di keluarka pada saat kopulasi. (Soedarjatmo, 1991).
Pada laki-laki dan perempuan, gonad memiliki fungsi endokrin dan reproduksi  sperma dan ovum berasal dari epitel germinatifum, sedang epitel sekretorik yang secara embriologis berbeda menghasilkan testosteron pada laki –laki, dan estrogen serta progesterone pada laki – laki. (Sacher, 2004)
Hormone–hormone hipofisis yang mengatur sekresi endokrin sehingga mempengaruhi fungsi reproduksi. Hormone – hormn tropic ini baik pada laki–laki maupun perempuan, disebut follicle stimulating hormone (FSH) dan lutoinizing hormone (LH). (Sacher, 2004)
Hormone gonadotropin chronik (HCG) merupakan hormone glikoprotein yang unik untuk plasenta yang sedang tumbuh. Sebelum immunoassay tersedia paa tahun 1960-an uji–uji kehamilan menggunakan bioassay yang memerlukan hewan (kelinci, tikus, dan katak) untuk membuktkan adanya HCG dalam serum atau urine. Tes yang menggunakan kelinci, tikus, dan katak pada waktu ini telah diganti oleh tes imunologik yang menggunakan antibody terhadap HCG, (Sacher, 2004)
Dari kelima reaksi yang dilakukan untuk menguji adantya kehamilan pada seorang wnita, yang banyak di gunakan pada rumah sakit besar maupun kecil adalah reaksi Galli Mainini hal ini disebabkan karena reaksi ini menggunakan kodok yang mudah di dapat. Kodok yang di gunakan adalah kodok biasa yaitu Buffo vulgaris dengan berat katak antaa 25–30 gram yang hidup di padang rumput dekat rumah–rumah, tetapi katak jantan tersebut tidak mempunyai sel mani. Jadi kodok ini sebelum disuntikan dengn urin wanita yang sedang hamil, diperiksa terlebih dahulu urin katak tersebut apakah mengandung sel mani atau tidak mengandung sel mani, lalu urin penderiuta disuntikan pada katak, jika mengandung sel mani berarti menandakan bahwa reaksi kehamilan positif, sehingga dapat di ketahui pregnandiol mempengaruhi keluarnya sel mani. (Zr. Christina Ibrahim, 1971)
Telah kita ketahui bahwa dalam melakukan reaksi Galli  Mainini harus di gunakan katak Buffo vulgaris jantan. Adapun ciri – ciri dari katak Buffo vulgaris jantan adalah sebagai berikut :
1.   Pada telapak kaki depan terdapat penebalan berwarna hitam.
2.  Pada kulit leher bagian ventral terdapat warna agak merah yang      kekuning – kuningan.
3.   Warna tubuh biasanya lebih agak gelap di banding dengan betina.
(Anonim, 1989).


2.6 Ciri-ciri Kelas Amphibia
Ciri–ciri dari kelas Amphibia adalah :
Kulit selalu basah karena mengandung lendir, kebanyakan tidak bersisik, kecuali memiliki dua pasang anggota gerak untuk jalan atau berenang,jari kaki 4–5 atau kurang, tidak berkuku atau cakar, ada yang tidak berkaki, jantung beruang tiga, dua atrium satu ventrikel, sel darah merah bentuknya oval dan memiliki inti sel, bernafas dengan insang, paru – paru, dan kulit atau lapisan dinding rongga mulut (Soedarjatmo, 1991).
Berdarah dingin, suhu tubuh berubah – ubah sesuai suhu di sekitarnya (poikiloterm), fertilisasi umumnya eksternal, tetapi ada yang internal,n kebanyaka ovipar, telur dibungkus lapisan lendir, diletakkan di air, larva hidup di air bernafas dengan insang luar, insang dalam, bentuk ewasa bernafas dengan paru – paru atau kulit dan hidup di air atau termasuk tempat yang lembab di darat (Soedarjatmo, 1991).
Hormone HCG tidak hanya terdapat pad perempuan hamil saja, tetapi terdapat juga pada cancer dari ovarium, permulaan menopause, kehamilan yang abnormal, abnrtus, tumor dari testis, dan lain – lain. Bentuk dari chonon gonadotropin belum begitu jelas, (Anonim, 1989).
Penetapan HCG dalam urin sejak lama di pakai sebagai indikator kehamilan. Saat ini uji serologic, HCG dalam cairan tubuh, di samping digunakan untuk kehamilan, juga dapat dipakai untuk menunjang diagnosis kehamilan I luar kandungan, memperkirakan terjadinya abnotus, tumor tiofoblastik, tumor testicular, bahkan beberapa jenis tumor lain yang tidak berasal dari tiofoblas, (Kresno, 1985).






BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan tempat praktikum
Praktikum pemeriksaan tes kehamilan biologik (Galli Mainini), dilaksanakan pada hari selasa, 12 april 2011. Di laboratorium STIKES Wiyata Husada Samarinda.

3.2  Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan metode galli mainini, dengan hewan percobaannya adalah menggunakan katak jantan (buffo vulgaris).

3.3 Prinsip
Hormon HCG (Human Choironic Gonadotropin) yang terdapat didalam urine wanita hamil yang dimasukkan ke dalam kloaka katak jantan. Dan akan merangsang katak tersebut untuk mengetahui ada atau tidaknya spermatozoa didalammya.

3.3  Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Adapun alat yang dipergunakan pada praktikum ini adalah:
-  Mikroskop
-  Beker glass
-  Spuit
-  Kaca penutup
-  Kaca benda
-  Pipit pasteur
-  Lidi kapas
-  Stopwatch
-  Tempat katak

3.3.2 Bahan
      Adapun bahan–bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
-  Katak jantan (buffo vulgaris)
-  Urine wanita hamil

3.4   Cara kerja
-  Di sediakan beberapa ekor katak bengkerok (Buffo Vulgaris) jantan dewasa.
-   Di rangsang dengan menggunakan lidi berbungkus kapas pada bagian kloakanya, kemudian jika keluar sesuatu,maka letakkan cairan tersebut pada objek glass.
-  Di Periksa cairan tersebut dengan mikroskop menggunakan perbesaran 40X.
-  Diperhatikan apakah cairan tersebut mengandung sperma atau tidak. Jika mengandung sperma, maka katak tidak dapat digunakan untuk praktikum. Jika tidak mengandung sperma, maka :
-  Disiapkan 3ml urine wanita hamil dengan menggunakan spuit.
-  Disuntikkan urine tersebut secara sub-kutan (dibawah kulit) dengan cara mencubit atau menarik kulit katak kemudian disuntikkan.
-  Dikembalikan katak pada tempatnya, ditunggu hingga 1 jam untuk dapat melihat reaksinya. Setelah 1 jam, maka :
-  Dirangsang lagi katak pada bagian kloaka dengan lidi kapas. Liha adanya cairan yang keluar.
-  Di amati cairan yang keluar tersebut dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x.




3.5  Interpretasi Hasil
Hasil positif    : Bila pada urine katak di temukan adanya sperma.
Hasil negatif   : Bila pada urine katak tidak di temukan adanya sperma.
 




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
      Dari hasil pemeriksaan uji kehamilan cara biologis reaksi Galli Mainini diketahui bahwa :
Kodok 1 : tidak mendapatkan hasil (tidak ada urine katak setelah disuntikkan urine wanita hamil).
Kodok 2 : tidak mendapatkan hasil (tidak ada urine katak setelah disuntikkan urine wanita hamil).

4.2  Pembahasan
Dalam melakukan praktikum pemeriksaan uji kehamilan cara biologis reaksi Galli Mainini, bias di peroleh hasil negative palsu, hal ini disebabkan oleh :
a.    Urine umur kehamilan yang di pilih kurang sesuai, karena jika umur kehamilan sudah mencapai > 5 bulan, maka HCG yang ada dalam wanita hamilsemakin lama akan semakin berkurang,sehingga menyebabkan berkurangnya rangsangan katak untuk mengeluarkan sperma.
b.    Kurang teliti dalam menyuntikan bagian tubuh katak.
c.    Kurang tepat dalam cara menyuntikan urin, bias jadi pada saat penyuntikan , banyak urine yang tidak masuk atau keluer dari area yang diinginkan.
d.   Kurang tepat dalam menyuntikan jumlah urine, sehingga jumlah urin yang masuk kurang banyak atau berlebihan, sebaiknya jumlah urine yang di suntikan pada katak disesuaikan dengan besarnya katak.
Dapat diperoleh hasil positif palsu, di sebabkan oleh karena :
a.  Pada saat katak belum di suntikan dengan urin orang hamil, pada urin katak tersebut sudah terdapat sperma, sehingga setelah katak di suntikan dengan urin orang hamil, urin dari katak tersebut dapat terlihat sperma juga dan tidak dapat di bedakan, apakah sperma tersebut berasal dari rangsangan HCG yang terdapat dalam urin orang hamil atau sperma karena katak yang sedang birahi karena pada saat meletakan di suatu tempat, katak jantan tersebut tercampur dengan katak betina.
b.  Pada praktikum kali ini kita tidak menggunakan katak betina tetapi melainkan katak jantan dengan cirri – ciri sebagai berikut :
- Tubuhnya ramping
- Tadannya kecil – sedang
- Kaki depannya ada kaitnya
- Kakinya mencengkram
- Kantung suaranya besar, tidak birahi.
Produksi HCG meningkat sampai kurang lebih hari ke 60 kehamiln dan untuk kemudian menurun kembali. Satu minggu postpartum HCG tidak di temukan kembali dalam serum dan air kencing. Fungsi dari HCG ini adalah mempertahankan korpus ikteum yang membuat estrogen dan progsteron sampai pada saat plasenta terbentuksepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup estrogen dan progesterone. Pada saat it kadar HCG juga turun , HCG  di buat di plasenta.
HCG berguna untuk mendeteksi kehamilan sedini mungkin sebaiknya urin yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan adalah urin pertama pagi yang pekat karena mengandung lebih banyak hormone HCG/satuan volume.
Karena uji kehamilan ini mnggunakan kadar hormone HC dalam urin untuk mengetahui kehamilan, kadang – kadang memang menunjukan hasil yang negative pada kasusu – kasus tertentu, misalnya pada kehamilan yang terlalu dini. Jika kadar hormone pada urin belum tinggi, otomatis hantya muncul satu garis dan dianggap negatif (pada pemeriksaan strip tes).


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-     Dari pemeriksaan kehamilan reaksi Galli Mainini, di dapatkan kesimpulan bahwa, urine wanita hamil bereaksi positif, ditandai dengan adanya sel sperma pada urine katak yang di periksa.
-     Keadaan katak stres dapat menyebabkan katak tidak dapat atau susah untuk mengeluarkan urine.

5.2  Saran
-     Pada pemeriksaan kehamlan Galli Mainini sebaiknya menggunaan pagi atau urine yang pekat.
-     Sebaiknya menggunakan urine orang hamil yang masih berusia 5 bulan karena pada usia tersebut, hormone HCG kadarnya sangat  tinggi.
-     Sebaiknya pada saat melakukan praktikum di gunaka sarung tangan karena urine katak mengandung toksin yang menyebabkan dermatitis pada kulit.

  
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1989. Serologi. Jakarta : Pendidikan Tenaga Kesehatan RI.
Anonim. 2009. http://one:indoskripsi.com/content/Uji-Kehamilan-Galli-Mainini.
Corwin, J. Elizabeth.2000. Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Ibrahim. Zr. Christina.S. 1971. Perawatan Kebidanan I. Jakarta : Bhratara.
Kresno, Siti Boerding. Imunologi Penuntun Praktikum Imunologi Serologi, Jakarta : FKUI.
Sacher, Ronald A. Richard, A.Mc Pherson.2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 2. Jakarta : EGC.
Soedarjatmo, dkk. 1991. Biologi. Klaten : Intan Pariwara.