BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang masuk
melalui saluran cerna kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui darah. Deman tifoid
disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella
serovarian dan paratyphi. Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4
jenis yang dapat mengakibatkan penyakit demam tifoid yaitu Salmonella
serovarian typhi, paratyphi A, paratyphi B, paratyphi C (Anonim, 2010).
Di
Indonesia tifus merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu ada
sepanjang tahun. Umumnya penderita tifus meningkat terutama pada musim kemarau
. pada saat kemarau terjadi kekurangan air bersih dan sumber air yang mudah
tercemar. Setiap tahun penderita tifus di daerah perkotaan di Indonesia
mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk (Anonim, 2010).
Demam tifoid atau
yang sering disebut tifus terjadi bila seseorang terinfeksi kuman Salmonella,
yang pada umumnya melalui makanan dan minuman yang tercemar. Apabila kuman yang
masuk kedalam tubuh sangat banyak dan mampu menembus dinding usus serta dapat
masuk kealiran darah hingga menyebar keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat
menimbulkan infeksi pada organ tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari
pertama, sering kali kesulitan
membedakan apakah demam yang timbul disebabkan oleh tifus atau penyebab
demam lain seperti demam berdarah
umumnya meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan turun
secara cepat dihari ke 5-6. Bila demam sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka
sangat memungkinkan demam tersebut
disebabkan oleh tifoid bukan karena demam berdarah (Anonim, 2010).
Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada
pencernaan seperti mual, muntah, sembelit atau diare. Salah satu pemeriksaan
laboratorium yang sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit tifus adalah
pemeriksaan widal (Anonim, 2010).
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum pemeriksaan widal adalah untuk mengetahui adanya antibody
spesifik terhadap bakteri Salmonella.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi dan Identifikasi
Salmonella sering bersifat pathogen untuk
manusia atau hewan jika masuk ke
dalam tubuh melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari
hewan atau produk hewan kepada manusia,
dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric. Salmonella merupakan bakteri Gram (-) batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan
flagel peritrich (Soemarno, 2000).
Panjang
Salmonella bervariasi, kebanyakan spesies kecuali Salmonella pullorumgallinarum
dapat bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh pada
pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa.
Bakteri ini termasuk asam dan kadang – kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan
biasanya membentuk H2S.
Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk
jangka waktu yang cukup lama. Salmonella resisten terhadap
zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau
brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat
bakteri enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk
dimasukkan dalam pembenihan yang dipakai untuk
mengisolasi Salmonella dari tinja
(Jawetz, 1996).
Salmonella tumbuh dengan situasi aerob dengan
suhu optimum 36o C.
- Mac
conkey agar,
koloni tidak berwarna, jernih, keping, sederhana, bulat, smooth.
-
EMB, koloni
tidak berwarna, sedang lebih besar dari MC, keping.
-
SSA, koloni
tidak berwarna, kecil-kecil, smooth, bulat, keeping.
- Desoxycholate
Citrate, koloni
kecil-kecil, sedang, berwarna, jernih kelabu, smooth, keeping.
-
Endo Agar, koloni kecil, tidak berwarna atau merah muda,
kecil-sedang, keeping.
-
Hektoen Enteric Agar, koloni kecil sedang, berwarna hijau biru,
dengan atau tanpa warna hitam tengah, koloni bulat, smooth.
-
TSI : Lereng
= alkali/asam
-
Gas = +/- (Soemarno.
2000).
2.2 Struktur Antigen
Meski
pada awalnya Salmonella dideteksi berdasarkan sifat sifat biokimianya,
golongan dan spesiesnya harus di identifikasi dengan analisis antigen. Seperti
Enterobacteriacea lain, Salmonella
memiliki antigen O (dari keseluruhan berjumlah lebih dari 60) dan
antigen H yang berbeda pada salah satu atau kedua fase. Beberapa Salmonella mempunyai antigen simpai (K) yang disebut V1 yang dapat menganggu aglutinasi melalui anti serum
O, antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang dimilikinya. Tes
aglutinasi dengan anti serum serapan untuk antigen O dan H yang berbeda
merupakan dasar untuk klasifikasi Salmonella
secara serologi. (Jawetz, 1996).
2.3 Demam
Tifoid
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih di jumpai
secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah
tropis dan subtropics (Anonim, 2010).
Penularannya
dapat terjadi melalui kontak antar manusia atau jika makanan dan minuman yang
di konsumsi terkontaminasi di karenakan penanganan yang tidak bersih. Selang
waktu antara infeksi dan permulaan sakit ( masa inkubasi ) tergantung dari
banyaknya bakteri apa yang masuk ke dalam tubuh. Masa inkubasi berkisar antara
8-14 hari. (Anonim, 2010).
Penyakit
demam tifoid ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk, serta standar hygiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah (Anonim, 2010).
2.4 Gejala
Penyakit Tifus
Dalam
minggu pertama, keluhan dan gejala mengenai infeksi akut pada umumnya
seperti demam, sakit kepala, mual, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada
anak-anak atau sulit buang air besar pada orang dewasa. Suhu tubuh meningkat terutama pada sore hari dan
malam hari (Anonim, 2010).
Setelah minggu ke
dua gejala menjadi lebih jelas , yaitu demam yang tinggi terus menerus, nafas
berbau tak sedap, kulit kering, rambut keriting, bibir kering dan pecah –
pecah, lidah di tutupi oleh selaput putih kotor, pembesaran hati dan limfa,
serta timbul rasa nyeri bila di raba, dan
gangguan kesadaran dari yang
ringan, apatis, koma (Anonim, 2010).
Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi
pendarahan, kebocoran usus, infeksi selaput, renjatan bronkopnemonia dan
kelainan di otak. Jika terdapat gejala penyakit tifus segera di lakukan
pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit tifus, koma.
Keterlambatan diagnose dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal,
sampai pada kematian (Anonim, 2010).
Sebagian besar penderita mengalami
penyembuhan sempurna. Tetapi bisa terjadi komplikasi terutama bila tidak di
obati atau pengobatan terlambat berupa:
a. Perdarahan
usus (2 % penderita)
Perforasi usus (1-2 % penderita yang
menyebabkan nyeri perut karena isi usus menginfeksi rongga perut).
b. Infeksi
kantung kemih dan hati
c. Infeksi
darah ( bakterimia) yang kadang menyebabkan infeksi organ tubuh lainnya.
2.5 Identifikasi
Kuman Melalui Uji Serologi
Uji
serologi di gunakan untuk membantu menegakkan diagnose demam tifoid dengan
mendeteksi anti bodi spesifik terhadap komponen anti gen S. typhi
maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Beberapa uji serologi yang dapat
digunakan pada demam tifoid ini meliputi:
a. Uji
Widal
Merupakan
suatu metode serologi baku dan rutin. Teknis aglutinasi ini dapat dilakukan
dengan uji hapusan atau uji tabung. Uji
ini di lakukan dengan mencampur serum yang sudah di encerkan dengan suspensi Salmonella
mati yang mengandung anti gen O (somatik) dan H (flagel).
b. Test
Tubex
Test
aglutinasi kompetitif semikuaantitatif
yang cepat dan sederhana dengan menggunakan partikel berwarna untuk
meningkatkan sensitifikasi. Spesifikasi di tingkatkan dengan menggunakan
antigen O yang benar – benar spesifik yang hanya di temukan pada Salmonella
setogrup D.
c. Metode
Enzyme Immunoassay
Didasarkan
pada metode untuk melacak antibodi spesifik
IgM dan IgM terhadap antigen OMP 50 kp. S. typhi. Deteksi IgM
menunjukkan fase awal infeksi pada
demam tifoid akut, sedangkan IgM dan
IgG menunjukkan demam tifoid fase pertengahan infeksi.
d. ELISA
Dipakai
untuk melacak antibody IgG , IgM, IgA terhadap antigen LPS Og, antibody
terhadap antigen d (Hd) flagel dan antibody terhadap antigen S. typhi.
e. Pemeriksaan
Dipstik
Dikembangkan
di Belanda dalam mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap antigen LPS. S.
typhi dengan menggunakan membran nitrose lulosa yang mengandung antigen S.
typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti human immobilized
sebagai reagen control.
BAB
III
METODE KERJA
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum
pemeriksaan Widal “Slide” dilaksanakan
pada hari Selasa,
tanggal 3
Mei, 2011.
Bertempat di Laboratorium STIKES Wiyata Husada Samarinda.
3.2 Prinsip
Uji
widal darah adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutin dalam serum
penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda beda terhadap antigen
somatik (O)dan flagel (H) yang ditambahkan dalam jumlaah yang sama sehingga
terjadi aglutinasi.
3.3 Alat dan
Bahan
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan Widal
Slide yaitu :
- Slide putih/objek glass
- Mikropipet
- Sentrifuge
- Yellow tape
- Batang pengaduk
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
Widal Slide yaitu :
- Antigen
Salmonella typhi O
- Antigen
Salmonella typhi H
- Antigen
Salmonella paratyphi AH
- Antigen
Salmonella paratyphi OH
-
3.4 Sampel
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu
serum dari saudari :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Nama : Mr.X
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin: laki-laki
3.5 Cara
Kerja
- Siapkan
alat dan bahan yang ingin digunakan.
- Dengan
mikropipet masukkan serum sebanyak 20 µl
ke atas kaca yang telah disiapkan.
- Kemudian
ditambah 1 tetes antigen, dan homogenkan.
- Setelah
itu dirotator selama 1 menit.
- Perhatikan
aglutinasi yang terjadi.
- Jika positif, maka lakukan pengenceran :
- Serum 10 µl di tambah 1 tetes reagen
- Serum 5 µl di tambah 1 tetes reagen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari
praktikum yang dilakukan yaitu pemeriksaan widal cara slide didapat hasil:
1. Nama
:
Umur :
Jenis Kelamin :
Hasil pemeriksaan : - salmonella thypi 0 =
- salmonella thypi H =
- salmonella thypi AH =
- salmonella thypi OH =
2. Nama :Mr.X
Umur :
20 tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki
Hasil Pemeriksaan : - salmonella thypi 0 =
- salmonella thypi H =
4.2 Pembahasan
Uji
widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang berarti bahwa seseorang
pernah terinfeksi kuman Salmonella
tipe tertentu. Untuk menentukan seseorang menderita demam tifoid atau bukan, tetap harus didasarkan
atas gejala-gejala yang sesuai dengan penyakit tifus. Uji widal hanya dapat
dikatakan sebagai penunjang diagnose jika seseorang tanpa gejala dengan uji
widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus.
Beberapa
yang sering disalah artikan dari pemeriksaan widal adalah pemeriksaan widal
positif dianggap ada kuman didalam tubuh. Pemeriksaan widal yang diulang
setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil widal positif
untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan
untuk menyatakan kesembuhan seseorang.
Hasil
untuk pemeriksaan widal positif telah mendapat pengobatan tifus, bukan indikasi
untuk mengulang pengobatan bila mana tidak didapatkan lagi gejala yang sesuai.
Hasil uji negative dianggap tidak menderita tifus.
Uji
widal umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi.
Karena itu bila infeksi baru berlangsung
beberapa hari sering kali hasilnya negatif dan baru akan positif bila mana
pemeriksaan diulang. Dengan demikian hasil uji widal negatif terutama pada
beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan kemungkinan tifus.
Widal,
seperti semua hasil pemeriksaan laboratorium, harus di interpretasikan dengan
bijak. Tanda-tanda klinis, penderita terus lebih diutamakan daripada reaksi
widal positif. Tifus tidak pernah dimulai dengan demam tinggi pada hri pertama
sampai ketiga. Bila demam terus berlanjut dan pada hari 5-6 menjadi lebih
tinggi maka barulah tiba waktunya untuk memeriksa widal dan melakukan biakan kuman dari darah. Hasil biakan kuman
yang positif merupakan bukti adannya tifus.
Kelemahan
dari pemeriksaan widal yaitu sensitifitas yang kurang member hasi negatif
sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes widal
negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi tifus.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum pemeriksaan widal secara rapid slide test. Terhadap serum dari Dewi
yulianti didapatkan bahwa
sampel tersebut tidak terdapat antibody Salmonella. Segangkan pada sampel Mr.X di dapatkan adanya antibody
salmonella thypi O positif 1/160.
5.2 Saran
- Sebaiknya
pemeriksaan widal ini saat melaukan pembacaan harus tepat 1 menit. Karena jika
< 1 menit akan didapatkan hasil negatif
palsu. Sedangkan jika > 1 menit maka akan mendapatkan hasil positif
palsu.
- Hal
yang terpenting dalam pengobatan tifus adalah medeteksi sedini mungkin sehingga
dapat menghindari terjadinya komplikasi.
- Perawatan
pada penderita tifus dapat dilakukan dirumah yaitu dengan beristirahat, cukup
minum dan makan makanan dengan gizi dan protein yang cukup.
- Hidari
makanan pedas atau asam karena dapat
mengiritasi usus dan beresiko menimbulkan pendarahan.
- Upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi. Carier atau pembawa
kuman dapat dialami pada sebagian kecil penderita yang tidak mendapat
pengobatan secara tuntas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.
http://www.wido25.blogster.com
Anonim, 2010. http://beingmom.org/2007/10/demam-tifoid
Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Soemarno.
2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta: Akademi
Analis
kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.