Kamis, 31 Mei 2012

Test Widal Slide


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
      Demam  tifoid merupakan penyakit infeksi yang masuk melalui saluran cerna kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui darah. Deman tifoid disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella serovarian dan paratyphi. Terdapat ratusan  jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat mengakibatkan penyakit demam tifoid yaitu Salmonella serovarian typhi, paratyphi A, paratyphi B, paratyphi C (Anonim, 2010).
       Di Indonesia tifus merupakan penyakit endemis yang berarti kasusnya selalu ada sepanjang tahun. Umumnya penderita tifus meningkat terutama pada musim kemarau . pada saat kemarau terjadi kekurangan air bersih dan sumber air yang mudah tercemar. Setiap tahun penderita tifus di daerah perkotaan di Indonesia mencapai angka 700-800 kasus per 100.000 penduduk (Anonim, 2010).
      Demam  tifoid atau yang sering disebut tifus terjadi bila seseorang terinfeksi kuman Salmonella, yang pada umumnya melalui makanan dan minuman yang tercemar. Apabila kuman yang masuk kedalam tubuh sangat banyak dan mampu menembus dinding usus serta dapat masuk kealiran darah hingga menyebar keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat menimbulkan infeksi pada organ tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari pertama, sering kali kesulitan  membedakan apakah demam yang timbul disebabkan oleh tifus atau penyebab demam lain seperti demam  berdarah umumnya meningkat mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan turun secara cepat dihari ke 5-6.       Bila demam  sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka sangat memungkinkan demam tersebut  disebabkan oleh tifoid bukan karena demam berdarah (Anonim, 2010).
      Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan seperti mual, muntah, sembelit atau diare. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit tifus adalah pemeriksaan widal (Anonim, 2010).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pemeriksaan widal adalah untuk mengetahui adanya antibody spesifik terhadap bakteri Salmonella.

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Identifikasi
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan  jika masuk ke dalam  tubuh  melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau produk hewan kepada  manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric. Salmonella  merupakan bakteri Gram (-)  batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan flagel peritrich (Soemarno, 2000).
Panjang Salmonella bervariasi, kebanyakan spesies kecuali Salmonella pullorumgallinarum dapat bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini mudah tumbuh pada pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan sukrosa. Bakteri ini termasuk asam dan kadang – kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan biasanya membentuk H2S. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk  jangka waktu yang cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat  kimia tertentu (misalnya hijau brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan  dalam  pembenihan yang dipakai untuk mengisolasi  Salmonella  dari tinja  (Jawetz, 1996).
Salmonella tumbuh dengan situasi aerob dengan suhu optimum 36o C.
-       Mac conkey agar, koloni tidak berwarna, jernih, keping, sederhana, bulat, smooth.
-       EMB, koloni tidak berwarna, sedang lebih besar dari MC, keping.
-       SSA, koloni tidak berwarna, kecil-kecil, smooth, bulat, keeping.
-       Desoxycholate Citrate, koloni kecil-kecil, sedang, berwarna, jernih kelabu, smooth, keeping.
-        Endo Agar, koloni kecil, tidak berwarna atau merah muda, kecil-sedang, keeping.
-       Hektoen Enteric Agar, koloni kecil sedang, berwarna hijau biru, dengan atau tanpa warna  hitam   tengah, koloni bulat, smooth.
-       TSI : Lereng = alkali/asam
-       Gas = +/-    (Soemarno. 2000).

2.2  Struktur Antigen
Meski pada awalnya Salmonella dideteksi berdasarkan sifat sifat biokimianya, golongan dan spesiesnya harus di identifikasi dengan analisis antigen. Seperti Enterobacteriacea lain, Salmonella  memiliki antigen O (dari keseluruhan berjumlah lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda pada salah satu atau kedua fase. Beberapa Salmonella  mempunyai antigen simpai (K) yang  disebut V1 yang dapat menganggu aglutinasi melalui anti serum O, antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang dimilikinya. Tes aglutinasi dengan anti serum serapan untuk antigen O dan H yang berbeda merupakan dasar untuk klasifikasi Salmonella  secara serologi.  (Jawetz, 1996).
                                                                                        
2.3  Demam Tifoid
Demam  tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih di jumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropics (Anonim, 2010).
Penularannya dapat terjadi melalui kontak antar manusia atau jika makanan dan minuman yang di konsumsi terkontaminasi di karenakan penanganan yang tidak bersih. Selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit ( masa inkubasi ) tergantung dari banyaknya bakteri apa yang masuk ke dalam tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 8-14 hari. (Anonim, 2010).
Penyakit demam  tifoid ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan  lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk, serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Anonim, 2010).

2.4  Gejala Penyakit Tifus
     Dalam  minggu pertama, keluhan dan gejala mengenai infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-anak atau sulit buang air besar pada orang dewasa. Suhu  tubuh meningkat terutama pada sore hari dan malam hari (Anonim, 2010).
       Setelah minggu ke dua gejala menjadi lebih jelas , yaitu demam yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut keriting, bibir kering dan pecah – pecah, lidah di tutupi oleh selaput putih kotor, pembesaran hati dan limfa, serta timbul rasa nyeri bila di raba, dan  gangguan  kesadaran dari yang ringan, apatis, koma (Anonim, 2010).
      Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan, kebocoran usus, infeksi selaput, renjatan bronkopnemonia dan kelainan di otak. Jika terdapat gejala penyakit tifus segera di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit tifus, koma. Keterlambatan diagnose dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal, sampai pada kematian (Anonim, 2010).
   Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna. Tetapi bisa terjadi komplikasi terutama bila tidak di obati atau pengobatan terlambat berupa:
a.  Perdarahan usus (2 % penderita)
    Perforasi usus (1-2 % penderita yang menyebabkan nyeri perut karena isi usus menginfeksi rongga perut).
b.  Infeksi kantung kemih dan hati
c.   Infeksi darah ( bakterimia) yang kadang menyebabkan infeksi organ tubuh lainnya.

2.5  Identifikasi Kuman Melalui Uji Serologi
Uji serologi di gunakan untuk membantu menegakkan diagnose demam  tifoid dengan  mendeteksi anti bodi spesifik terhadap komponen anti gen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Beberapa uji serologi yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi:
a.  Uji Widal
      Merupakan suatu metode serologi baku dan rutin. Teknis aglutinasi ini dapat dilakukan dengan uji hapusan atau  uji tabung. Uji ini di lakukan dengan mencampur serum yang sudah di encerkan dengan suspensi Salmonella mati yang mengandung anti gen O (somatik) dan H (flagel).

b.  Test Tubex
      Test aglutinasi kompetitif  semikuaantitatif yang cepat dan sederhana dengan menggunakan partikel berwarna untuk meningkatkan sensitifikasi. Spesifikasi di tingkatkan dengan menggunakan antigen O yang benar – benar spesifik yang hanya di temukan pada Salmonella setogrup D.
c.  Metode Enzyme Immunoassay
      Didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik  IgM dan IgM terhadap antigen OMP 50 kp. S. typhi. Deteksi IgM menunjukkan fase awal infeksi  pada demam  tifoid akut, sedangkan IgM  dan  IgG menunjukkan demam tifoid fase pertengahan infeksi.
d.  ELISA
      Dipakai untuk melacak antibody IgG , IgM, IgA terhadap antigen LPS Og, antibody terhadap antigen d (Hd) flagel dan antibody terhadap antigen S. typhi.
e.  Pemeriksaan Dipstik
       Dikembangkan di Belanda dalam mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap antigen LPS. S. typhi dengan menggunakan membran nitrose lulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti human immobilized sebagai reagen control. 



BAB  III
METODE KERJA

3.1  Tempat  dan Waktu Praktikum
Praktikum pemeriksaan Widal “Slide” dilaksanakan  pada hari Selasa, tanggal 3 Mei, 2011. Bertempat di Laboratorium STIKES Wiyata Husada Samarinda.

3.2  Prinsip
Uji widal darah adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda beda terhadap antigen somatik (O)dan flagel (H) yang ditambahkan dalam jumlaah yang sama sehingga terjadi aglutinasi.

3.3  Alat dan Bahan
3.3.1  Alat
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu :
-  Slide putih/objek glass
-  Mikropipet
-  Sentrifuge
-  Yellow tape
-  Batang pengaduk

3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu :
-  Antigen Salmonella typhi O
-  Antigen Salmonella typhi H
-  Antigen Salmonella paratyphi AH
-  Antigen Salmonella paratyphi OH


-   
3.Sampel
      Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan Widal Slide yaitu serum dari saudari       :
Nama                : 
Umur                 :
Jenis kelamin :

Nama                : Mr.X
Umur                 : 20 tahun
Jenis kelamin: laki-laki

3.Cara Kerja        
-     Siapkan alat dan bahan yang ingin digunakan.
-     Dengan mikropipet masukkan serum sebanyak 20 µl  ke atas kaca yang telah disiapkan.
-     Kemudian ditambah 1 tetes antigen, dan homogenkan.
-     Setelah itu dirotator selama 1 menit.
-     Perhatikan aglutinasi yang terjadi.
-     Jika positif, maka lakukan pengenceran :
-  Serum 10 µl di tambah 1 tetes reagen
-  Serum 5 µl di tambah 1 tetes reagen



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Dari praktikum yang dilakukan yaitu pemeriksaan widal cara slide didapat hasil:
1.  Nama                       : 
Umur                        :
Jenis Kelamin        :
Hasil pemeriksaan : - salmonella thypi 0 =
   - salmonella thypi H =
   - salmonella thypi AH =
   - salmonella thypi OH =

2.  Nama                       :Mr.X
Umur                        : 20 tahun
Jenis kelamin         : Laki-laki
Hasil Pemeriksaan : - salmonella thypi 0 =
                                    - salmonella thypi H =

4.2 Pembahasan
Uji widal adalah suatu pemeriksaan serologi yang berarti bahwa seseorang pernah  terinfeksi kuman Salmonella tipe tertentu. Untuk menentukan seseorang menderita demam  tifoid atau bukan, tetap harus didasarkan atas gejala-gejala yang sesuai dengan penyakit tifus. Uji widal hanya dapat dikatakan sebagai penunjang diagnose jika seseorang tanpa gejala dengan uji widal positif tidak dapat dikatakan menderita tifus.
Beberapa yang sering disalah artikan dari pemeriksaan widal adalah pemeriksaan widal positif dianggap ada kuman didalam tubuh. Pemeriksaan widal yang diulang setelah seseorang menderita tifus dan mendapat pengobatan, hasil widal positif untuk waktu yang lama sehingga uji widal tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyatakan kesembuhan seseorang.
Hasil untuk pemeriksaan widal positif telah mendapat pengobatan tifus, bukan indikasi untuk mengulang pengobatan bila mana tidak didapatkan lagi gejala yang sesuai. Hasil uji negative dianggap tidak menderita tifus.
Uji widal umumnya menunjukkan hasil positif 5 hari atau lebih setelah infeksi. Karena  itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali hasilnya negatif dan baru akan positif bila mana pemeriksaan diulang. Dengan demikian hasil uji widal negatif terutama pada beberapa hari pertama demam belum dapat menyingkirkan kemungkinan tifus.
Widal, seperti semua hasil pemeriksaan laboratorium, harus di interpretasikan dengan bijak. Tanda-tanda klinis, penderita terus lebih diutamakan daripada reaksi widal positif. Tifus tidak pernah dimulai dengan demam tinggi pada hri pertama sampai ketiga. Bila demam terus berlanjut dan pada hari 5-6 menjadi lebih tinggi maka barulah tiba waktunya untuk memeriksa widal dan melakukan  biakan kuman dari darah. Hasil biakan kuman yang positif merupakan bukti adannya tifus.
Kelemahan dari pemeriksaan widal yaitu sensitifitas yang kurang member hasi negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi tifus.






BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pemeriksaan widal secara rapid slide test. Terhadap serum dari Dewi yulianti didapatkan bahwa sampel tersebut tidak terdapat antibody Salmonella.  Segangkan pada sampel Mr.X di dapatkan adanya antibody salmonella thypi O positif 1/160.

5.2 Saran
-       Sebaiknya pemeriksaan widal ini saat melaukan pembacaan harus tepat 1 menit. Karena jika < 1 menit akan didapatkan hasil negatif  palsu. Sedangkan jika > 1 menit maka akan mendapatkan hasil positif palsu.
-       Hal yang terpenting dalam pengobatan tifus adalah medeteksi sedini mungkin sehingga dapat menghindari terjadinya komplikasi.
-       Perawatan pada penderita tifus dapat dilakukan dirumah yaitu dengan beristirahat, cukup minum dan makan makanan dengan gizi dan protein yang cukup.
-       Hidari makanan  pedas atau asam karena dapat mengiritasi usus dan beresiko menimbulkan pendarahan.
-       Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi. Carier atau pembawa kuman dapat dialami pada sebagian kecil penderita yang tidak mendapat pengobatan secara tuntas.









DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. http://www.prodia.co.id
Anonim.2010. http://www.wido25.blogster.com
Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta: Akademi Analis
kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar